TEMPO.CO, Jakarta -Rencana AirAsia mengakuisisi maskapai Citilink Indonesia menjadi topik renyah belakangan. Dalam sebuah konferensi bersama awak media awal pekan ini, Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan mengungkapkan niatnya membeli saham Citilink.
BACA: Bos AirAsia: Duit Akuisisi Ada, Kalau Citilink Nolak Tak Masalah
“Kami tertarik, kalau memang dari pihak pemegang saham Citilink juga menyambut baik ya alhamdulilllah, tapi kalau enggak juga enggak apa-apa, namanya bisnis,” ucap Dendy pada Senin, 4 Maret 2019, di restoran Seribu Rasa.
Wacana itu dimadahkan lantaran keduanya sama-sama memiliki produk maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier airlines. Dendy yakin, daya tawar jual-beli pesawat akan lebih tinggi bila kedua maskapai merger.
Menanggapi niat akuisisi AirAsia terhadap Citilink, Garuda Indonesia mengisyaratkan penolakannya. Direktur Utama Garuda Indonesia IGN Askhara Danadiputra menilai kinerja Citilink Indonesia sudah cukup baik. Hingga saat ini pula, belum ada pembahasan soal penjualan anak usaha.
Adapun Citilink merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia. Pada 2012, Citilink memperoleh Air Operator Certificate (AOC). Sejak saat itu, Citilink secara resmi beroperasi sebagai entitas bisnis yang terpisah dari Garuda Indonesia. Unit bisnis maskapai low cost itu memasuki babak baru setelahnya. Pasca-mengantongi AOC, manajemen Citilink bergerak dinamis dan mandiri meski masih masih tercatat sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia.
Kendati manajemen Citilink telah bergerak mandiri, rencana akuisisi AirAsia terhadap maskapai itu dipandang tak mungkin oleh beberapa pihak. Pengamat penerbangan Arista Admajati mengatakan Citilink adalah masa depan Garuda Indonesia.
“Mustahil Garuda Indonesia melepas Citilink. Masa depan Garuda itu maskapai low cost, yaitu Citilink,” ujar Arista saat dihubungi Tempo pada Rabu, 6 Maret 2019. Menurut Arista, pasar Indonesia 70 persen adalah penumpang maskapai berbiaya rendah atau LCC. Bisnis LCC pun dipandang menjanjikan untuk perusahaan maskapai nasional sekelas Garuda Indonesia.
Arista mengimbuhkan, tiap-tiap maskapai nasional di berbagai negara memiliki anak usaha pesawat LCC. Misalnya Singapore Airlines atau SQ yang memiliki Scoots. Ada pula Malaysia Airlines yang memiliki anak usaha Firefly Airlines.
Pengamat penerbangan lain, Gerry Soejatma, menilai rencana akuisisi AirAsia terhadap Citilink telah lama digencarkan. Hanya, menurut dia, tidak terpublikasi. Gerry mengimbuhkan, AirAsia sejatinya memiliki ide untuk memperkuat segmentasi penerbangan masing-masing maskapai bila keduanya merger.
“Rencana AirAsia itu sebenarnya agar maskapai itu fokus pada penerbangan internasional dan Citilink pada penerbangan domestik,” ucapnya dalam pesan pendek kepada Tempo.