TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengecam sikap politikus Partai Demokrat yang menolak tawaran kompromi yang diajukannya terkait pembiayaan tembok pembatas di perbatasan selatan dengan Meksiko.
Baca:
Trump bahkan menyebut Ketua Fraksi Demokrat, Nancy Pelosi, sebagai seorang radikal dan berperilaku irasional. Trump mengatakan ini lewat cuitan di Twitter seiring penutupan pemerintahan AS memasuki hari ke 31.
“Nancy Pelosi dan sejumlah politikus Demokrat menolak tawaran saya kemarin bahkan sebelum saya sempat bicara. Mereka tidak melihat kejahatan dan narkoba, mereka hanya melihat pemilu 2020 – yang tidak akan mereka menangkan. Ekonomi terbaik!” kata Trump pada Ahad, 22 Januari 2019 waktu setempat.
Baca:
Pada cuitan berikutnya, Trump mengkritik Pelosi. “Nancy Pelosi telah berperilaku sangat irasional dan menjadi sangat kiri, yang membuatnya sekarang menjadi seorang Demokrat Radikal,” kata Trump yang menyebut Pelosi merasa takut dengan sekelompok politikus kiri di Demokrat. “Dan omong-omong, bersihkan jalanan di San Fransisco, kondisinya menjijikkan,” kata Trump menyebut nama kota asal Pelosi.
Penutupan pemerintahan AS sebagian telah berlangsung sejak Sabtu, 22 Desember 2018 atau tiga hari menjelang perayaan Natal. Trump melakukan ini dengan menolak rancangan undang-undang yang mengatur pembiayaan sejumlah kementerian di AS.
Baca:
Dia beralasan melakukan ini karena Demokrat menolak permintaannya untuk memasukkan dana pembangunan tembok pembatas senilai sekitar US$5.7 miliar atau sekitar Rp81 triliun. Menurut Trump, pembangunan tembok ini diperlukan untuk menghalau para imigran gelap yang kerap menyeberang dari perbatasan Meksiko ke AS. Sebagian dari mereka, menurut Trump, adalah kriminal termasuk penyelundup narkoba.
NBC News melansir Trump mengisyaratkan mengancam deportasi para imigran tidak memiliki dokumentasi pasca penolakan tawarannya oleh Demokrat pada Ahad kemarin.
Pemimpin Minoritas Senat AS Chuck Schumer dan Ketua DPR Nancy Pelosi berbicara kepada media bersama dengan Pemimpin Mayoritas DPR, Steny Hoyer (kiri) dan Senat Minoritas, Dick Durbin (kanan) ketika mereka meninggalkan gedung Sayap Barat setelah bertemu dengan Presiden Donald Trump tentang penutupan sebagian pemerintah AS dan permintaannya untuk dinding perbatasan di Situation Room Gedung Putih di Washington, AS, 9 Januari 2019. [REUTERS / Joshua Roberts]
Sehari sebelumnya, Trump menawarkan penundaan deportasi 1 juta imigran tanpa dokumen selama tiga tahun dengan imbalan Demokrat menyetujui dana pembangunan tembok US$5.7 miliar itu.
Baca:
Para imigran yang terancam deportasi itu adalah sekitar 700 ribu orang yang masuk ke AS secara ilegal saat masih berusia kanak-kanak. Saat ini, mereka masih terlindungi oleh program Deferred Action for Childhood Arrivals. Juga ada 300 ribu orang imigran yang melarikan diri dari negaranya karena berbagai alasan.
Pelosi menyebut tawaran Trump itu tidak memadai untuk dimulainya negosiasi. Ketua Fraksi Demokrat di Senat, Chuck Schumer, juga menolak tawaran Trump.
“Jika dia membuka pemerintahan, kami akan mendiskusikan apapun tawarannya. Tapi menyandera seperti ini tidak akan berguna,” kata Schumer. “Sulit bernegosiasi jika ada pistol ditodongkan ke kepala Anda.”
Untuk menjembatani perbedaan pendapat yang semakin runcing ini, politikus dari Partai Republik dan Demokrat mengatakan akan membawa tawaran rancangan undang-undang untuk dibahas pada Selasa dan Rabu pekan ini waktu setempat. Rancangan itu berisi pendanaan bagi kementerian dan lembaga yang terdampak penutupan sebagian ini.
Ada sekitar 800 ribu pekerja federal Amerika yang belum menerima gaji Desember 2018 akibat penutupan ini. “Kedua pihak masih cenderung saling menyalahkan satu sama lain,” begitu dilansir News. “Tapi jajak pendapat menunjukkan rakyat AS menyalahkan Trump terkait penutupan ini.”