Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Awan Bunga Kol dan Ancaman Puting Beliung di Masa Pancaroba

Reporter

image-gnews
Gambar udara kerusakan akibat angin puting beliung di kawasan Batutulis, Bogor Selatan, Jawa Barat, Jumat 7 Desember 2018. Sementara itu, dari 848 rumah, 770 rumah rusak berat dan ringan di Kecamatan Bogor Selatan, 160 rumah di Kelurahan Batu Tulis, 300 rumah di Kelurahan Pamoyanan, 225 rumah di Kelurahan Cipaku, dan 85 rumah di Kelurahan Lawang Gintung. TEMPO/Subekti.
Gambar udara kerusakan akibat angin puting beliung di kawasan Batutulis, Bogor Selatan, Jawa Barat, Jumat 7 Desember 2018. Sementara itu, dari 848 rumah, 770 rumah rusak berat dan ringan di Kecamatan Bogor Selatan, 160 rumah di Kelurahan Batu Tulis, 300 rumah di Kelurahan Pamoyanan, 225 rumah di Kelurahan Cipaku, dan 85 rumah di Kelurahan Lawang Gintung. TEMPO/Subekti.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga meninggal setelah mobil yang dikendarainya tertimpa pohon roboh akibat puting beliung yang memorakporandakan sebagian Kota Bogor, pada Kamis sore 6 Desember 2018.

Kepala Polsek Bogor Selatan, Komisaris Riyanto, mengatakan, sedikitnya ada empat kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Selatan yang terdampak bencana itu. Mereka mencakup wilayah Kelurahan Cipaku, Batutulis, Pamoyanan, dan Lawanggintung. "Beberapa pohon tumbang dan rumah warga ikut rusak,” kata Riyanto.

Baca juga: Telan Korban di Bogor, Potensi Puting Beliung Masih Ada Malam Ini

Rumah yang rusak tersebar di Kelurahan Cipaku, Batutulis, dan Pamoyanan. Sedang Kelurahan Lawanggintung didominasi pohon bertumbangan. Sebanyak empat mobil ikut menjadi korban karena rusak parah tertimpa pohon tumbang tersebut. Salah satunya mobil Toyota Avanza yang menewaskan pengemudinya.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),  Stasiun Klimatologi Bogor, Hadi Saputra mencatat kecepatan angin yang melanda wilayah Batutulis, Lawanggintung dan sekitarnya di Kecamatan Bogor Selatan sekitar 30 knot (50 KM per jam) dalam satu hembusan.

"Sapuan angin biasanya mencapai 100 meter hingga 1 KM mengikuti arah angin," kata Hadi seperti dilansir Antara.

Menurut dia, angin kencang tersebut terjadi karena awan kumulonimbus (CB) terbentuk cukup matang di wilayah Bogor Selatan, pada Kamis sore. Hadi mengatakan dampak cuaca ektrem ini berpotensi kerap terjadi selama musim hujan yang diperkirakan berlangsung hingga akhir Februari 2019.

Humas BMKG, Hary Tirto Djatmiko mengatakan fenomena puting beliung, hujan lebat disertai kilat atau petir yang berdurasi singkat, merupakan fenomena alam yang sering terjadi saat masa transisi atau pancaroba.

“Indikasinya bisa kita lihat guna mengantisipasi hal buruk terjadi,” kata Hary melalui siaran pers pada Kamis 6 Desember 2018.

Hary mengatakan, indikasi terjadinya hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang ditandai apabila sehari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

“Jika ini sudah terjadi, perlu diwaspadai, karena mulai pukul 10.00 pagi akan terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis – lapis),” katanya. 

Hary mengatakan, awan Cumulus dapat dilihat dengan kasat mata yakni diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu – abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu–abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal tersebut diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)

“Kemudian, pepohonan disekitar tempat kita berdiri, ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat dan terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri,” lanjut Hary. Biasanya kondisi itu dibarengi dengan hujan deras secara tiba-tiba.

Hary menambahkan, tidak turunnya hujan selama tiga hari berturut turut pada musim pancaroba dan penghujan juga perlu diwaspadai. “Ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak,” katanya. 

Untuk itu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap kejadian tersebut, pasalnya angin putting beliung tidak bisa diprediksi secara spesifik dan hanya bisa diprediksi 0.5 – 1 jam sebelum kejadian.

“Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali (terjadi) di tempat yang sama,” kata Hary.

Angin puting beliung adalah dampak dari cuaca ekstrem yang merupakan salah satu fenomena dari perubahan iklim. Fenomena climate change lainnya adalah kenaikan permukaan air laut, perubahan curah hujan, dan kenaikan suku udara permukaan. 

Perubahan iklim adalah perubahan unsur alami iklim yaitu suhu, kelembaban, hujan, tekanan, angin, dan sebagainya dalam waktu yang relatif panjang dan  hal alami dari siklus kestabilan bumi.

Simak juga: Begini Kondisi Kota Bogor Setelah Dilanda Angin Puting Beliung

Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa sumber terbesar perubahan iklim akibat dari meningkatnya suhu permukaan bumi.  Global warming  ini terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.

Laporan IPCC tahun 2007 menyebutkan bahwa penyebab terbesar meningkatnya global warming adalah hasil kegiatan manusia yang membentuk gas rumah kaca. Gas-gas ini dihasilkan hampir semua sektor kegiatan yang  menggunakan bahan bakar fosil, limbah organik, bahan pendingin di alat eletronik, peternakan dan lainnya.  Puting beliung merupakan salah satu yang fenomena dari perubahan iklim.

ADE RIDWAN YANDWIPUTRA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

12 jam lalu

Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis 15 Februari 2024. Pembangunan PLTS tersebut untuk fase pertama sebesar 10 megawatt (MW) dari total kapasitas 50 MW yang akan menyuplai energi terbarukan untuk IKN dan akan beroperasi pada 29 Pebruari 2024. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.


BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

5 hari lalu

Sejumlah warga Muara Angke membawa jerigen saat melakukan aksi di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Februari 2022. Para warga yang datang dari blok Limbah, blok Eceng dan blok Empang RW 022 Muara Angke ini menggelar aksi terkait krisis air bersih yang melanda di pemukiman mereka. Selain meminta layanan air bersih, mereka juga meminta agar PAM Jaya melakukan pelayanan suplai air minum menggunakan kios air sementara untuk warga sebanyak 293.208 liter per hari, dan pemberlakuan tarif air sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 57 tahun 2021 yaitu seharga Rp. 1.575,-/ meter kubik. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.


Angin Puting Beliung Merusak Puluhan Rumah di 15 Desa Lombok Tengah

7 hari lalu

Kepala BPBD Nusa Tenggara Barat (NTB), Ahmadi. (ANTARA/Nur Imansyah).
Angin Puting Beliung Merusak Puluhan Rumah di 15 Desa Lombok Tengah

Angin puting beliung menerjang 15 desa pada enam kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah.


BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Hampir Seluruh Wilayah Indonesia 10-14 Maret 2024, Hati-hati Angin Puting Beliung

9 hari lalu

Ilustrasi Angin Puting Beliung (ANTARA FOTO/HO-BMKG)
BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Hampir Seluruh Wilayah Indonesia 10-14 Maret 2024, Hati-hati Angin Puting Beliung

BMKG prediksi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia 10-14 Maret 2024. Cek cuaca ekstrem di daerah Anda, mewaspadai angin puting beliung.


Komisi Fatwa MUI Pergi ke Kalteng dan Riau Sebelum Haramkan Deforestasi

17 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Komisi Fatwa MUI Pergi ke Kalteng dan Riau Sebelum Haramkan Deforestasi

MUI mengeluarkan fatwa yang mengharamkan penggundulan hutan (deforestasi) serta pembakaran hutan dan lahan yang berdampak pada krisis iklim.


Ashoka dan Kok Bisa Seleksi 29 Finalis Penemu Solusi Krisis Iklim

18 hari lalu

Pengrajin membuat kerajinan daur ulang sampah di Bank Sampah Persatuan, Pondok Kelpa, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat, 26 Januari 2024. Bank Sampah yang di dirikan pada 2019 ini memperkerjakan sejumlah ibu-ibu rumah tangga untuk membuat kerajinan dari olahan sampah plastik yang dijadikan menjadi tas, lampu hias hingga berbagai ornamen dan memiliki nilai jual mulai dari 30 ribu hingga 130 ribu per produknya. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Ashoka dan Kok Bisa Seleksi 29 Finalis Penemu Solusi Krisis Iklim

Ashoka dan Kok Bisa menyaring para pemilik inisiatif baru untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.


Pegadaian Salurkan Bantuan Untuk Warga Terdampak Puting Beliung

19 hari lalu

Pegadaian Salurkan Bantuan Untuk Warga Terdampak Puting Beliung

Pegadaian menyalurkan bantuan untuk masyarakat terdampak bencana puting beliung yang melanda Kecamatan Jatinangor dan Cimanggung, Sumedang, pada Selasa 27 Februari 2024.


Peneliti yang Sebut Puting Beliung Rancaekek Tornado Menilai Banyak Ilmuwan Tak Paham Perubahan Iklim

19 hari lalu

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin saat ditemui seusai acara Media Lounge Discussion perihal cuaca ekstrem, Rabu 31 Januari 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Peneliti yang Sebut Puting Beliung Rancaekek Tornado Menilai Banyak Ilmuwan Tak Paham Perubahan Iklim

Peneliti di BRIN ini paparkan tiga fenomena cuaca ekstrem yang dulu tak dibayangkan bakal bisa terjadi di Indonesia


Puting Beliung Ciamis Merusak 157 Rumah di 5 Kecamatan

19 hari lalu

Petugas BPBD Ciamis menanggulangi pemukiman rumah warga yang rusak terdampak bencana alam angin puting beliung di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. (ANTARA/HO-BPBD Ciamis)
Puting Beliung Ciamis Merusak 157 Rumah di 5 Kecamatan

BMKG minta masyarakat tetap mewaspadai bencana puting beliung dan angin kencang Maret-April.


WALHI Apresiasi dan Beri Catatan Fatwa MUI soal Perubahan Iklim

19 hari lalu

Aktivis lingkungan WALHI Jakarta saat melakukan aksi di depan Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, Rabu 3 Agustus 2022. Dalam aksinya, aktivis mengkritisi Japan Energy Summit 2022  yang sedang berlangsung di Tokyo. Dalam pertemuan tersebut transisi energi masih memberi ruang terhadap solusi palsu untuk mengatasi perubahan iklim. TEMPO/Subekti.
WALHI Apresiasi dan Beri Catatan Fatwa MUI soal Perubahan Iklim

WALHI menyambut baik fatwa MUI nomor 86 tahun 2023 tentang Hukum Pengendalian Perubahan Iklim Global. Ada juga catatan atas fatwa itu.