TEMPO.CO, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen mengecam intimidasi pemerintah terhadap jurnalis British Broadcasting Corporation. Tiga jurnalis BBC Indonesia diusir saat meliput wabah campak dan busung lapar di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, hanya karena sebuah cuitan di Twitter.
Ketua Umum AJI Indonesia, Abdul Manan, mengatakan peristiwa ini menunjukkan pemerintah ketakutan terhadap peliputan Agats sehingga jurnalis diintimidasi. Padahal, jurnalis BBC bernama Rebecca Henschke memiliki dokumen dan izin liputan yang lengkap. “Kami mengecam intimidasi yang terus berulang di Papua ini,” kata Manan, Ahad, 4 Februari 2018.
Baca: Polri Belum Terima Investigasi Pengusiran Wartawan BBC dari Papua
Peristiwa bermula ketika Henschke bersama dua rekannya, Dwiki dan Heyder Affan, berangkat ke Asmat pada 1 Februari lalu. Baru saja tiba, ketiganya diinterogasi polisi di Agats karena tiga cuitan di akun Twitter milik Henschke.
Perempuan berkewarganegaraan Australia ini memfoto bantuan yang datang di pelabuhan Agats dan membubuhkan komentar yang jika diterjemahkan: “Inilah bantuan yang datang untuk anak-anak dengan gizi buruk di Papua—mi instan, minuman rigan, dan biskuit.” Dalam cuitan lainnya di hari yang sama Henschke memberikan catatan bahwa keterangan dari sejumlah narasumber lain mengatakan barang-barang tersebut bukan bantuan, melainkan pasokan normal.
Setelah diinterogasi di Agats, Dwiki langsung terbang kembali ke Jakarta. Adapun Henschke dan Heyder Affan diperiksa di Kantor Imigrasi Mimika hingga akhir pekan lalu. Keduanya lalu terbang ke Jakarta pada Sabtu pagi dengan dikawal kepolisian Mimika menuju bandara.
Baca: AJI Indonesia Kecam Pengusiran Jurnalis BBC dari Asmat, Papua
BBC, dalam keterangan resminya, menyebutkan Rebecca Henschke telah tiba di Jakarta. Mereka menegaskan tim BBC memiliki dokumen lengkap untuk meliput di Papua.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengatakan pemerintah tidak sepantasnya bersikap cepat panas kuping hanya karena sebuah cuitan di Twitter. “Pekerjaan para jurnalis ini penting untuk mengabarkan kepada dunia mengenai krisis di Asmat,” kata dia. Krisis campak dan busung lapar di daerah itu telah menyebabkan setidaknya 71 anak meninggal dalam beberapa bulan terakhir.
Komando Daerah Militer Cenderawasih, Papua, dan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengkonfirmasi penahanan sementara terhadap tiga jurnalis BBC akibat cuitan di Twitter. Cuitan itu dianggap menimbulkan kesan negatif.
Juru bicara Direktorat Jenderal Imigrasi, Agung Sampurno, mengatakan cuitan Henschke tidak hanya menyinggung pemerintah, tetapi juga masyarakat Indonesia yang selama ini menyaksikan kemajuan pembangunan di wilayah Papua. “Serta mencederai profesi jurnalis yang harus berimbang dalam pemberitaan berdasarkan fakta yang ada,” kata Agung. Menurut dia, kantor imigrasi terus mengawasi aktivitas warga negara asing di Indonesia demi alasan keamanan, termasuk aktivitas mereka di media sosial.
Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Kolonel Infanteri Muhammad Aidi, mengatakan Henschke dipulangkan ke Jakarta tak hanya disebabkan oleh cuitan negatif, tapi juga nomor paspor yang berbeda berdasarkan dokumen Kementerian Ketenagakerjaan. “Kami sudah konfirmasi ke imigrasi bahwa Rebecca tetap diizinkan meliput di Asmat,” kata Aidi.
TAUFIQ SIDDIQ | REUTERS