TEMPO.CO, Bogor-Hujan di kawasan Puncak, Bogor, kemarin menyebabkan tinggi air di Bendung Katulampa naik hingga 250 sentimeter. Banjir melanda sejumlah kawasan bantaran Ciliwung di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Ketinggian air itu adalah yang tertinggi yang pernah terjadi di Katulampa dalam dua tahun terakhir. Sebagai pembanding, ketinggian air Bendung Katulampa ketika terjadi bencana banjir besar di Jakarta pada pertengahan Januari lalu adalah 210 sentimeter.
“Ini level tertinggi dari peringatan dini banjir Jakarta,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho. Badan Nasional sudah mengirim Tim Reaksi Cepat untuk menyiapkan logistik bagi warga di sepuluh kelurahan di Jakarta yang rawan banjir.
Banjir pun merendam permukiman warga di RW 11 Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, akibat meluapnya Sungai Ciliwung. Ketua RW 11 Bidara Cina, M. Lintang mengatakan ketinggian air mencapai 120 sentimeter. Banjir kiriman juga melanda tiga RT di Kelurahan Pejaten Timur, Jakarta Selatan. Tiga RT tersebut meliputi RT 5/RW 8, RT 17/RW 7, dan RT 16/RW 7, seperti dikatakan petugas jaga Polsek Metro Pasar Minggu, Iptu Sudiro, saat dikonfirmasi pada Selasa dini hari sekitar pukul 03.00 WIB.
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor, Nuryadi, menegaskan bahwa kenaikan tinggi air di Bendung Katulampa bukanlah karena hujan. Curah hujan di kawasan Katulampa dan Puncak kemarin, kata dia, terpantau 60-70 milimeter. Angka itu masih jauh dari ukuran hujan ekstrem, yang lebih dari 100 milimeter per hari. “Dulu pernah hujan sampai lebih dari 100 milimeter per hari tapi tidak membuat air di Katulampa naik seperti ini,” katanya.
Ini merupakan satu dari penyebab klasik banjir Jakarta. Kawasan Puncak yang rusak akibat hutan vila yang terus dibangun di sana. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, pekan lalu, mengungkapkan bahwa gundulnya kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung adalah penyebab banjir Jakarta. Kawasan itu kini hanya menyisakan 3-5 persen tutupan lahan berupa hutan atau pepohonan. “Sisanya sudah tertutup perkerasan dan bangunan vila,” ucapnya.
Padahal, Zulkifli menambahkan, kawasan hulu sungai seharusnya menjadi kawasan lindung. Artinya, 90 persen dari luas kawasan itu harus hijau. “Gundulnya kawasan hulu memperbesar risiko banjir di Jakarta, yang permukaan tanahnya terus turun dan merupakan daerah hilir,” kata Zulkifli.
Kemarin, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan pemerintah berencana menggandeng perusahaan swasta untuk beramai-ramai membeli tanah di daerah Puncak melalui program corporate social responsibilities (CSR). “Kami minta mereka beli vila-vila di hulu, untuk kami bongkar,” tuturnya.
Menurut Basuki, banyak perusahaan yang mau membantu rencana ini. Selain merehabilitasi kawasan tersebut sebagai hutan, pemerintah akan membangun sejumlah dam penahan air di sana.
AFRILIA SURYANIS | TRI ARTINING PUTRI | IRA GUSLINA | RAFIKA AULIA | ARIHTA U SURBAKTI | ILHAM TIRTA | WURAGIL