TEMPO.CO, Jakarta- Negara-negara Asia-Afrika membahas mengenai isu radikalisme yang belakangan ini merebak dan pentingnya keamanan di Timur Tengah dalam Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi Asia-Afrika yang dibuka, Ahad, 19 April 2015.
“Kami semua berusaha menciptakan kerja sama di bidang penanggulangan terorisme untuk menghadapi tantangan besar ini,” kata Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim Al-Jafaar, di Jakarta Convention Center, Jakarta, kemarin.
Pertemuan yang dibuka Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ini mengawali KTT Asia-Afrika dan peringatan 60 tahun KAA 1955, yang berlangsung pada 19-24 April 2015 di Jakarta dan Bandung. Konferensi yang diikuti 92 negara ini membahas pelbagai isu solidaritas politik serta kerja sama ekonomi, sosial, dan budaya.
Anil Sooklal, Deputi Direktur Jenderal Asia dan Timur Tengah Departemen Hubungan Internasional dan Kerja Sama Afrika Selatan, menyatakan isu radikalisme dan terorisme tak sebatas pada negara bersangkutan, tapi juga telah mempengaruhi dunia.
"Kita harus menjamin apa yang terjadi di Timur Tengah tak terjadi pada kita,” kata mantan Duta Besar Afrika Selatan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut.
Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan, yang juga penanggung jawab peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika, mengatakan KAA merupakan momen yang tepat untuk mencari solusi atas konflik kemanusiaan yang terjadi di Timur Tengah. “Indonesia bisa memainkan peran yang sangat penting,” katanya.
Selain masalah radikalisme, yang masuk dalam poin Bandung Message 2015 (Pesan Bandung 2015), dua dokumen lain yang dibahas adalah Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP) dan Deklarasi Dukungan untuk Palestina yang sudah disepakati pada Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi Konferensi Asia-Afrika kemarin. Keputusan mengenai deklarasi ini akan diambil saat pertemuan kepala negara atau kepala pemerintahan pada 22-23 April mendatang.
ANANDA TERESIA | NATALIA SANTI | REZA ADITYA | RAJU FEBRIAN