TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menolak tawaran kubu Presiden Joko Widodo untuk ikut membenahi persoalan tata kelola minyak dan gas. Menurut politikus Partai Demokrat, Sjariefuddin Hasan, tawaran itu tak lebih dari sekadar dalih untuk mengaburkan pernyataan yang keliru dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.
“Itu kan tugasnya menteri. Masak, mantan presiden diajak memikirkan urusan dia. Itu kan ngaco namanya,” ujar Sjariefuddin, Rabu 20 Mei 2015.
Ajakan untuk membereskan masalah migas disampaikan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto. Menurut Hasto, sebagai Presiden RI ke-6 dan mantan Menteri Energi, kontribusi Yudhoyono dibutuhkan oleh pemerintah Presiden Joko Widodo. “Itu yang melatari penjelasan Menteri ESDM beberapa waktu lalu. Jadi, lebih baik kita bekerja sama,” ujarnya.
Hubungan Yudhoyono dengan pemerintah Jokowi memanas setelah Menteri Energi Sudirman Said—seperti dikutip Republika Online—menyebut pemerintahan sebelumnya melanggengkan inefisiensi pengelolaan migas dengan mempertahankan Pertamina Energy Trading Ltd atau dikenal dengan sebutan Petral. Sudirman mengatakan, Yudhoyono tak pernah merespons keinginan membubarkan Petral, padahal permintaan itu sudah diajukan berulang kali oleh menterinya.
Sjariefuddin Hasan mengatakan permohonan pembubaran Petral tidak pernah disampaikan kepada Yudhoyono selama menjabat presiden. “Semua surat internal kan terdaftar di Sekretariat Negara. Silakan dicek untuk membuktikan penjelasan itu,” katanya.
Merenggangnya hubungan Yudhoyono dengan pemerintah Jokowi—yang disokong PDIP—seperti mengulang hubungan pemerintahan sebelumnya. Presiden kelima, Megawati Soekarnoputri, yang juga Ketua Umum PDIP, dengan Yudhoyono tak bertegur sapa sejak 2004. Keduanya malah saling sindir di depan publik.
Yudhoyono berupaya memperbaiki hubungan dengan Megawati, tapi tak pernah berhasil. Terakhir, menjelang Kongres Demokrat pada pekan lalu, Yudhoyono mengutus Sjariefuddin Hasan bersama putra Yudhoyono, Edhie Baskoro; dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agus Hermanto, bertamu ke rumah Megawati. Mereka bermaksud mengundang Megawati untuk hadir dalam pembukaan kongres di Surabaya. Namun Megawati menampik hadir.
Setelah Sudirman Said menyudutkan Yudhoyono, sejumlah kader Demokrat menyerang sang menteri dan pemerintah Jokowi. Hasto menegaskan, pernyataan Sudirman tidak bermaksud menyudutkan pemerintah Yudhoyono. Ia mengajak Yudhoyono memerangi mafia migas. “Sosok seperti SBY, atau siapa pun yang dianggap memiliki kemampuan, diharapkan bersedia memberikan kontribusinya dalam bentuk apa pun,” katanya.
Sjariefuddin Hasan berkukuh, Demokrat menolak tawaran kubu Jokowi. ”Satu-satunya cara menyelesaikan masalah ini adalah dengan meminta maaf, jelaskan jika bukan seperti itu maksudnya,” ujarnya.
RIKY FERDIANTO | ANTONS