TEMPO.CO, Medan - Rumah berkelir krem itu mendadak riuh. Puluhan warga Gang Sehati, Jalan Setia Budi, Medan, tampak berkerumun di depan pagar. Wajah mereka dihinggapi rasa penasaran ketika polisi menggeledah rumah bernomor 26 itu, Minggu siang 28 Agustus 2016. Rumah tersebut sontak menjadi pusat perhatian setelah polisi mengidentifikasi identitas IAH, 17 tahun, pelaku pengeboman Gereja Katolik Santo Yoseph, Medan.
Rumah IAH terbilang cukup besar. Lebar rumah tersebut lebih-kurang 10 meter dengan garasi mobil di sebelah kanan. Halaman rumahnya mampu menampung dua mobil sekaligus. Atap rumah itu dibuat dari cor semen lantaran disiapkan menjadi bangunan bertingkat dua. Tampak bangunan kamar tengah dibangun pada bagian belakang.
IAH ditangkap setelah gagal meledakkan bom di Gereja Katolik Santo Yoseph, Medan, pada Minggu pagi. Percobaan bom bunuh diri itu ia lakukan dengan cara menyusup dan berbaur layaknya jemaat lain. Sebuah bom yang dibawa menggunakan tas ransel ia ledakkan saat pastor Pandiangan tengah berkhotbah. Bom berdaya ledak rendah itu tak menimbulkan korban jiwa.
Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar, Nurfalah, mengatakan identitas IAH diketahui setelah polisi menggeledah tas ransel yang ia gunakan untuk mengangkut bom. Pada tas itu, ditemukan kartu tanda penduduk IAH. Pria kelahiran Medan, 22 Oktober 1998, itu kini tercatat sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. “Pelaku sudah diamankan,” kata dia.
Sebuah kertas bertulisan aksara Arab ditemukan juga dalam tas ransel itu. Pada bagian atasnya, tertulis kalimat tauhid “la ilaha illallah”. Pada bagian bawahnya, terlihat sebuah lingkaran yang di dalamnya terdapat kata “Allah”, “Rasul”, dan “Muhammad”. Formasi aksara yang dibuat menggunakan pensil itu sekilas menyerupai bendera Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Polisi hingga kini belum bisa memastikan apakah IAH terlibat dalam gerakan ISIS. Penyidikan kasus itu juga tengah dikembangkan untuk mengejar rekan IAH, yang diketahui ikut melakukan percobaan peledakan bom. Sejumlah kesaksian menyebutkan pria itu sempat melarikan diri setelah bom gagal meledak dengan sempurna. “Saat ini sedang dalam pemeriksaan,” kata Nurfalah.
Latar belakang IAH didapatkan pastor paroki Hayam Wuruk, Medan. Ayah IAH adalah seorang pengacara, sedangkan ibunya bekerja di Dinas Kesehatan Kota Medan. Gelagat mencurigakan tercium tiga hari lalu berdasarkan keterangan Eva Hasugian, kakak kandung pelaku. “Kakak pelaku sempat mendengar ledakan di atas rumah, dan itu ternyata bom pipa rakitan,” kata Hayam.
SAHAT SIMATUPANG | MARIA HASUGIAN
Berita lainnya:
Pelaku Bom Bunuh Diri di Medan Tikam Tangan Pastor
Soal #StopBayarPajak, Jusuf Kalla: Kami Tak Bisa Kontrol
Konsumsi Sabu, Penyanyi Dangdut Imam S. Arifin Ditangkap Polisi