TEMPO.CO, Dhaka - Bangladesh berencana menempatkan pengungsi warga muslim Rohingya yang terdampar di perbatasan negaranya ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala. Alasannya, Dhaka sudah tak mungkin bisa menampung mereka karena jumlah imigran Rohingya di kamp di Cox's Bazar, perbatasan Bangladesh-Myanmar, sudah mencapai 400 ribu.
Baca Juga: Menlu Retno Marsudi: Pengungsi Rohingya Butuh Tenda
“Kami sudah meminta badan-badan internasional membantu kami memindahkan sementara warga Rohingya ke suatu tempat agar mereka bisa hidup, yakni di pulau bernama Thengar Char,” ujar H.T. Imam, penasihat politik Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, seperti dilansir Reuters, Rabu. 6 September 2017.
Aksi kekerasan terus meningkat di Negara Bagian Rakhine, Myanmar barat, sejak akhir Agustus 2017 setelah milisi menyerang sekitar 30 pos polisi dan menewaskan 12 aparat. Serangan itu dilakukan Arakan Rohingya Salvation Army, yang menyatakan memperjuangkan hak-hak warga Rohingya. Dalam aksi pemberantasan milisi tersebut, tentara Myanmar mengklaim telah menewaskan hampir 400 orang. Sejak saat itu, pengungsi warga Rohingya terus mengalir ke perbatasan Bangladesh.
Upaya penyelesaian konflik di Myanmar terus dilakukan. Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi, setelah menemui para petinggi Myanmar, terbang ke Bangladesh untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Abdul Hassan Mahmood Ali dan Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Dalam pertemuan itu, masalah pengungsi disebut menjadi beban bagi Bangladesh. Hanya dalam 10 hari, jumlah pengungsi Rohingya mencapai 123 ribu orang. Mereka kabur dari Myanmar karena kekerasan militer terhadap warga Rohingya kembali meningkat di kampung halaman mereka di Rakhine.
Bangladesh pun mempertimbangkan kembali rencana membangun Thengar Char yang pernah digaungkan pada 2015, ketika gelombang kekerasan pertama kali melanda Rohingya. Pulau Thengar Char muncul ke permukaan air di lepas pantai Bangladesh sekitar 11 tahun lalu. Pulau ini biasanya terendam air pada Juni hingga September. Namun, saat air tenang, pulau ini kerap digunakan para pembajak untuk menyandera orang guna mendapat tebusan.
Saat ini, tak ada satu pun bangunan maupun akses jalan di Thengar Char. Ketika Reuters berkunjung ke pulau ini pada Februari 2017, hanya terlihat beberapa saung di sepanjang pesisir. “Kami menunggu Thengar Char dikembangkan. Setelah hal itu selesai, kami akan menggeser mereka (para pengungsi),” kata Imam.
Rencana membangun pulau itu sempat dikritik sejumlah pekerja kemanusiaan pada 2015. Menurut mereka, pulau tersebut tidak layak huni. Bahkan rencana itu ditentang pejabat Kementerian Dalam Negeri Bangladesh. Seorang pembantu lain Perdana Menteri Hasina, yang menolak disebutkan namanya, menyatakan Bangladesh berhak memutuskan penempatan dan melindungi pengungsi yang terus bertambah.“Masih banyak tempat tinggal lain seperti orang-orang Bangladesh. Ini negara kami, dan kami putuskan sendiri," ucap dia.
Leonard Doyle, juru bicara Organisasi Migrasi Internasional, mengatakan gagasan memindahkan pengungsi Rohingya ke pulau itu telah dibicarakan bertahun-tahun. Namun dia belum mendengar kabar terbaru beberapa hari ini.
REUTERS | GULTIMES.COM | SUKMA LOPPIES