TEMPO.CO, Jakarta - Pekan lalu, perhatian dunia tertuju ke Rusia ketika Presiden Vladimir Putin menyambut hangat kunjungan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Hubungan mesra antar-kamerad ini, membuat Amerika Serikat dan Sekutunya cemas.
Mereka khawatir kedua negara yang sedang terkena sanksi Barat itu -- Rusia menginvasi Ukraina dan Korea Utara membuat senjata nuklir -- membuat poros Moskow-Pyongyang untuk mengatasinya.
“Di akhir resepsi, Kim Jong Un dengan sopan mengundang Putin untuk mengunjungi DPRK pada waktu yang tepat,” kata kantor berita Korea Utara KCNA.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Putin “dengan rasa terima kasih” menerima undangan tersebut dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov akan melakukan perjalanan ke Pyongyang pada bulan Oktober. Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, Putin jarang bepergian ke luar negeri.
Kekhawatiran Barat bakal bertambah dengan merapatnya Cina, kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia setelah AS. Menteri Luar Negeri Wang Yi mulai Selasa, 19 September 2023, melawat ke Moskow untuk bertemu timpalannya Sergei Lavrov.
Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu dengan Presiden Xi Jinping untuk melakukan pembicaraan di Beijing pada bulan Oktober, kata sekutu dekat Putin pada Selasa, 19 September 2023.
“Pada bulan Oktober, kami mengandalkan perundingan bilateral terperinci antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping di Beijing,” kata Nikolai Patrushev, sekretaris Dewan Keamanan Rusia, pada pertemuan dengan diplomat tinggiCina Wang Yi, menurut kantor berita Interfax.
Barat boleh khawatir karena kedatangan Wang adalah menyampaikan undangan untuk Putin berkunjung ke Beijing, November mendatang. Sebelumnya, Presiden Rusia itu juga sudah berjanji memenuhi undangan Kim Jong Un ke Pyongyang.
Terlepas dari kunjung-mengunjung antara tiga kekuatan "anti-Amerika" ini, yang diwaspadai barat adalah kemungkinan munculnya poros Beijing-Moskow-Pyongyang. Secara ideologi mereka segaris, dan dari segi kepentingan juga sejalan.
Jika Rusia dan Korea Utara sama-sama mencoba mengatasi sanksi ekonomi Barat, Cina jugasedang berjuang melawan tekanan ekonomi AS mulai dari larangan sejumlah merek Cina beroperasi di Amerika seperti Huawei dan juga larangan merek AS dipakai sejumlah produk Cina.
Kekuatan dua blok era Perang DIngin sudah berlalu, menyusul tumbangnya Uni Soviet sementara Rusia sebagai pengganti tidak terlalu siap, baik secara ekonomi maupun politik dan militer. Jika tiga negara "tak bersahabat' dengan AS itu bergabung, bisa jadi akan muncul Blok baru sebagai pesaing Blok Barat.
Tanda-tanda ke arah sana sudah terlihat. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pernah mengusulkan kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un agar negara mereka mengadakan latihan perang angkatan laut bersama Rusia-Korea Utara-Cina, demikian dilaporkan kantor berita Korea Selatan Yonhap mengutip badan intelijen Korea Selatan, Senin, 4 September 2023.