Pejabat China telah lama berpendapat bahwa Beijing harus memainkan peran yang lebih aktif di wilayah tersebut, kata June Teufel Dreyer, seorang ilmuwan politik di University of Miami yang berspesialisasi dalam politik China.
Sementara itu, gesekan AS-Saudi telah menciptakan "kekosongan yang dengan senang hati akan dimasuki Beijing," kata Dreyer.
Pada penutupan sesi tahunan legislatif seremonial Senin, pemimpin Xi Jinping mengatakan China harus "berpartisipasi aktif dalam reformasi dan pembangunan sistem pemerintahan global" dan mempromosikan "inisiatif keamanan global,"
Yang juga menarik di balik normalisasi hubungan diplomatik Iran-Saudi, adalah sepak terjang diplomasi China yang sekarang aktif memproyeksikan diri sebagai pemain global dalam segala spektrum hubungan internasional, termasuk dalam menawarkan resolusi konflik di berbagai kawasan.
China tentu sangat berkepentingan dengan kawasan yang stabilitas atau keadaan status quo yang tak merusak kepentingan-kepentingan nasionalnya, khususnya kepentingan ekonomi, dan lebih khusus lagi keamanan energi mereka.
Pada 2019, ketika fasilitas minyak Saudi menjadi sasaran Houthi, hal itu untuk sementara memengaruhi produksi minyak negara itu, yang menyebabkan kenaikan harga minyak global lebih dari 14 persen selama akhir pekan, lonjakan terbesar dalam lebih dari satu dekade. Lonjakan harga itu juga sangat mempengaruhi China.
“Ini menunjukkan bahwa China sedang mencoba untuk melakukan persaingan dalam diplomasi luar negeri dengan AS, dan tidak hanya di lingkungan terdekatnya,” kata Wang Lian, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Peking yang bergengsi di Beijing.
Negosiasi yang berhasil menunjukkan kedua negara “menempatkan kepercayaan mereka pada China,” kata Wang.