Dari 215 hektare lahan yang dibuka untuk megaproyek food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada 2020, Kementan mengklaim 146 hektare di antaranya sudah berhasil ditanam masyarakat. Namun berdasarkan pengamatan Tempo, ratusan hektare lahan di Desa Siria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan terlihat menjadi lahan terlantar berupa semak belukar.
Saat dimintai konfirmasi soal banyaknya lahan food estate yang terbengkalai, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengatakan hal itu adalah tanggung jawab petaninya sendiri. Di sisi lain, Prihasto menilai hal itu adalah tanggung jawab Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan.
"Tanya petaninyalah. Masak tanya sama kami. Itu yang saya enggak suka. Jangan ditanyakan terus sama kami, tanya sama petani," ujar Prihasto saat ditemui Tempo di Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Kamis, 26 Januari 2023.
Menurutnya, Kementerian Pertanian sudah memberikan pendampingan secara intensif. Prihasto bahkan mengklaim tak ada petani food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara yang merugi. Menurut dia, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah memberikan banyak bantuan, mulai dari pembukaan lahan, pemberian pupuk dan obat-obatan, serta bantuan tenaga kerja hingga masa panen.
Dia juga menampik kegagalan panen di food estate Humbang Hasundutan saat pemerintah meminta petani menanam komoditas bawang putih. Ia mengklaim pada tahap pertama rata-rata petani memanen bawang putih sekitar 2,7 ton. Kalau 2,7 ton itu dijual dengan harga Rp 10.000 per kilogram, tuturnya, maka seharusnya petani bisa mengolah lahannya kembali pada musim tanam berikutnya dengan hasil penjualan itu.
Karena itu, Prihasto menilai tak ada alasan bagi petani untuk gagal dalam proyek ini. Alasan kekurangan modal bagi petani untuk berproduksi juga tak masuk diakal. Sebab, menurut Prihasto, seluruh hasil panen telah diberikan kepada petani dan bebas digunakan untuk apa saja.
Bupati Humbang Hasundutan juga telah menghubungkan petani dengan sejumlah perusahaan swasta sebagai offtaker yang menyerap hasil panen. "Enggak ada ruginya. Petani itu kan tinggal ongkang-ongkang saja. Tau-tau dia panen terus dapat duit," ujar dia.
Kendati demikian, Prihasto mengakui kondisi tanah di Humbang Hasundutan itu belum optimal untuk ditanami komoditas hortikultura. Musababnya, Kementan terpaksa melakukan seluruh pembukaan 215 lahan dan pengkondisian tanah selama kurang dari enam bulan, yakni dari Agustus hingga Desember 2020.
Padahal, tanah di Kabupaten Humbang Hasundutan itu seharusnya disiapkan lebih lama hingga beberapa tahun. Namun, karena proyek ini dimulai pada pertengahan tahun, Kementan terdesak untuk menyelesaikannya demi realisasi anggaran 2020 yang tak bisa loncat tahun.
Tetapi ia berkukuh bahwa harapan petani agar mendapatkan bantuan modal dan pendampingan dari pemerintah tak memungkinkan. Prihasto menekankan petani harus bisa mandiri dan megaproyek lumbung pangan ini tak mungkin terus menerus bergantung pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Selanjutnya: Senada dengan Prihasto, anak buah Luhut...