TEMPO.CO, Jakarta - Drama temuan dokumen rahasia milik Presiden Amerika Serikat Joe Biden terus bergulir. Akhir pekan lalu, pejabat dari Departemen Kehakiman AS mengumumkan pihaknya menemukan enam dokumen rahasia lagi selama penggeledahan rumah keluarga Joe Biden di Delaware.
Baca juga: Joe Biden Angkat Bicara soal Skandal Dokumen Rahasia, Mengaku tak Menyesal
Pengungkapan terbaru itu memberikan tamparan memalukan tambahan bagi politikus Demokrat berusia 80 tahun tersebut. Temuan ini bertepatan dengan momen dimana Biden bersiap untuk menyatakan apakah dia akan mencalonkan diri untuk periode kedua pada 2024.
Meskipun Biden bersikeras tidak melakukan kesalahan dan meremehkan situasi tersebut sebagai kesalahan yang tidak disengaja, publik Amerika Serikat rupanya cukup kesal atas skandal ini.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos pada Kamis pekan lalu menemukan bahwa peringkat persetujuan Biden, yang telah meningkat pada akhir 2022, kembali turun menjadi hanya 40%. Ini mendekati level terendah dari kepresidenannya. Banyak politikus Demokrat khawatir Biden akan menghadapi penyelidikan hokum berdasarkan kasus tersebut.
Sementara jajak pendapat yang dilansir ABC News/ Ipsos pada akhir pekan lalu, mayoritas responden percaya bahwa Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump bertindak tidak tepat dalam menangani dokumen rahasia. Namun, menimbang tingkat keparahannya, mayoritas responden percaya bahwa tindakan Trump lebih serius.
Skandal dokumen rahasia memang bukan hanya dilakukan Biden. Mantan presiden AS sebelumnya, Donald Trump, bahkan harus menghadapi penyelidika FBI karena dengan sengaja membawa ribuan dokumen rahasia setelah ia selesai menjabat, dan disimpan di kediaman pribadinya di Mar-A-Lago, Florida.
Berdasarkan aturan undang-undang, setiap pejabat terutama presiden dan wakil presiden, dilarang menyimpan dokumen rahasia. Seluruh dokumen rahasia di masa kepemimpinan mereka harus diserahkan kepada lembaga negara, Arsip Nasional, untuk dikelola.
Inilah yang menjadi perbedaan penting dalam skandal dokumen rahasia antara Biden dan Trump. Trump menyatakan niatnya untuk mengambil dokumen penting dan sangat rahasia, menolak mengembalikannya, harus digerebek oleh FBI untuk mengamankan catatan, kemudian melawan pihak berwenang di pengadilan selama berbulan-bulan.