Sebelum Indonesia mengantongi JETP, skema yang sama sudah diberikan untuk Afrika Selatan. Komitmen senilai US$ 8,5 miliar bertajuk South Africa’s Just Energy Transition Investment Plan (JRT IP) tersebut di dalam Konferensi Perubahan Iklim Perseikatan Bangsa-Bangsa ke-27 (COP27) di Mesir pada awal bulan ini.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyoroti skema JETP dan Energy Transition Mechanism (ETM). “Masing-masing angkanya adalah US$ 20 miliar (setara Rp311 triliun) untuk JETP dan US$ 250-300 juta (setara Rp3,87 triliun) untuk ETM,” ujar Bhima dalam konferensi pers virtual pada Kamis, 17 November 2022. “Kalau digabungkan nilainya cukup besar sekitar Rp 314 triliun.”
Menurut Bhima, pendanaan JETP dan ETM merupakan inisiatif terobosan dalam mitigasi perubahan iklim. Namun yang perlu dicermati adalah beberapa persoalan yang bersifat teknis. Karena, dia berujar, bentuk JETP adalah pinjaman, maka perlu ada transparansi terkait proyek yang akan didanai secara rinci kepada publik.
Selain itu JETP juga merupakan inisiasi dari negara-negara maju. “JETP, pendanaan yang sifatnya pinjaman sebagian juga akan menggunakan investasi dari operation funding atau pendanaan swasta,” kata Bhima.
Peran keterlibatan publik juga menjadi isu yang sentral, termasuk pembelajaran dari pengalaman JETP di Afrika Selatan. Dan Indonesia akan menjadi penerima kedua, yang menariknya pendanaan itu berasal dari gabungan kerja sama negara-negara maju dengan lembaga multilateral, dan juga sektor swasta.
Dokumen JET IP 2023-2027 menyebutkan kebutuhan dana transisi energi Afrika Selatan mencapai 1,5 triliun rand atau sekitar US$ 86,1 miliar. Namun, dalam skemanya, hampir semua sumber pendanaan berbentuk pinjaman lunak dan komersial. Dari total US$ 8,5 miliar yang diperoleh negara itu melalui komitmen JET IP, hanya sekitar US$ 255 ribu yang berupa hibah—yang bersumber dari dana investasi iklim dari sejumlah bank pembangunan multilateral.
Adapun dalam skema JETP Indonesia, total dana yang disediakan pada tahap awal sebesar US$ 20 miliar, lebih tinggi dari komitmen yang diperoleh Afrika Selatan. Dari jumlah itu, belum jelas berapa porsi pembiayaan berupa dana hibah dan berapa yang berbentu pinjaman.
Selanjutnya: 6 Bulan Siapkan Proyek