TEMPO.CO, Jakarta - KTT G20 dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Nusa Dua, Bali, pada Selasa, 15 November 2022, di tengah muramnya perekonomian global akibat invasi Rusia ke Ukraina sejak Februari lalu.
G20, yang berdiri pada 1999, adalah forum internasional dengan fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Potensi anggotanya sungguh luar biasa. Kelompok ini terdiri atas 19 negara dan 1 kawasan yang mencakup 80 persen PDB dunia, 75 persen ekspor global, dan 60 persen populasi global.
Sayangnya, kelompok ini "terpecah" jadi dua: pertama mereka yang mengutuk Rusia dan kedua, negara-negara yang memilih bersikap netral.
Rusia yang sejak awal disorot kelompok Barat, memilih hanya mengirim menteri luar negerinya. Presiden Vladimir Putin sempat memutuskan akan hadir secara online, namun akhirnya memutuskan tidak muncul sama sekali.
Alih-alih fokus pada upaya mengatasi krisis ekonomi yang sudah di depan mata, kelompok Barat yang dipimpin AS memilih mengutuk Rusia. Alasannya, karena gara-gara Putin lah, kondisi ekonomi global seperti sekarang ini ketika ekonomi dunia sedang tertatih-tatih bangkit setelah tersungkur dihajar Covid-19 selama dua tahun.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, secara khusus memberikan perhatian pada krisis pangan yang menurut dia akibat agresi Moskow itu. "Itu berarti mengatasi penderitaan yang ditimbulkan agresi Rusia tidak hanya pada orang Ukraina, tetapi juga orang-orang di seluruh dunia," katanya saat pengarahan media di Nusa Dua, Bali, Senin, 14 November 2022.
Rusia sendiri membantah bahwa mereka adalah sumber masalah, termasuk di isu pangan. Rusia menganggap operasi militer ke Ukraina didorong provokasi Barat.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan menjelang KTT, kementerian luar negeri Rusia mengatakan "penting bagi G20 memusatkan upayanya pada ancaman nyata, bukan imajiner."
“Kami yakin bahwa G20 dibentuk untuk menangani masalah sosial-ekonomi. Memperluas agendanya ke bidang perdamaian dan keamanan, yang dibicarakan banyak negara, tidak perlu dilakukan. Ini akan menjadi serangan langsung terhadap mandat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan akan merusak suasana kepercayaan dan kerja sama di G20."
Fokus Indonesia
Dalam KTT G20 dengan format tatap muka, yang akan digelar selama dua hari pada 15 dan 16 November 2022,fokus tuan rumah adalah pemulihan ekonomi global pascapandemi, dengan prioritas bidang kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyampaikan harapannya pertemuan tingkat tinggi KTT G20 menghasilkan kerja sama yang konkret.
"Saya berharap KTT G20 dapat menghasilkan kerja sama yang konkret dengan dapat membantu dunia dalam pemulihan ekonomi global," katanya di kompleks Nusa Dua, Bali, Senin, 14 November 2022, saat bertemu dengan Joe Biden..
Raksasa ekonomi dunia, China, sejalan dengan Indonesia dan berharap G20 lebih fokus pada masalah ekonomi.
"Presiden Jokowi dalam beberapa kesempatan telah lebih menitikberatkan bahwa G20 sebagai forum ekonomi daripada forum politik sejak awal pembentukannya, dan China sepenuhnya setuju dengan itu," ujar Menlu China Wang Yi.
Namun tampaknya, tugas tuan rumah tidak akan mudah. Pertemuan kepala negara anggota G20 kali ini sudah dibayangi oleh sikap tegas Barat terhadap Rusia. Dalam sejumlah pertemuan tingkat menteri sebelumnya, Barat memboikot Rusia dan tampaknya kembali terjadi dalam KTT ini.