TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Korea Selatan berduka atas musibah desak-desakan pada festival halloween Itaewon pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022. Masa berkabung nasional diberlakukan sampai Sabtu, 5 November 2022.
Otoritas Korea Selatan pada Senin, 31 Oktober 2022, mengatakan mereka tidak punya SOP (pedoman) untuk menangani kerumunan massa yang menyemut untuk merayakan festival Halloween di Ibu Kota Seoul. Jumlah korban tewas dalam peristiwa ini sekarang bertambah menjadi 155 orang.
Aksi desak-desakan terjadi di sebuah gang di Itaewon, yakni sebuah distrik yang terkenal dengan hiburan malamnya. Para saksi mata menggambarkan mereka bahkan tak bisa bernafas apalagi bergerak saat ribuan orang yang ingin berpesta berdiri sangat dekat di sebuah gang yang lebarnya hanya empat meter.
Keluarga yang merasa hilang kontak pada Minggu, 30 Oktober 2022, merubung sejumlah pusat informasi, di mana otoritas mempublikasi detail jumlah korban tewas dan korban luka-luka. Petugas juga menghubungi keluarga yang anggotanya menjadi korban dalam musibah ini.
Saat ini, semua korban dalam musibah ini sudah teridentifikasi. Yang tersisa sekarang kedukaan yang sangat besar atas musibah yang tercatat sebagai salah satu bencana terburuk di Negeri Gingseng.
Apa yang salah?
Ketika group musik BTS pentas hingga mengundang sekitar 55 ribu penonton, Kepolisian Korea Selatan mengerahkan 1.300 personel untuk memastikan kemanan para penonton BTS. Ketika terjadi unjuk rasa, aparat kepolisian pun dikerahkan.
Kepolisian Korea Selatan terkenal memiliki rencana yang sangat hati-hati guna memastikan kerumunan massa tetap terkendali. Namun, apa yang terjadi pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022? Ketika itu, puluhan ribu anak muda Korea Selatan diberi kebebasan untuk bebas dari aturan Covid-19. Walhasil pengunjung yang ingin merayakan halloween di kawasan hiburan malam distrik Itaewon, Seoul, membludak.
Kepolisian saat itu hanya mengerahkan 137 petugas, yang sebagian besar ditugaskan bukan untuk mengarahkan kerumunan para pengunjung, namun untuk memantau kemungkinan tindak kejahatan seperti pelecehan seksual, pencurian dan penggunaan narkoba.
Pada Minggu pagi, 30 Oktober 2022, keputusan itu harus dibayar dengan nyawa. Lebih dari 150 orang yang ingin pesta halloween tewas berdesak-desakan di sebuah gang di Itaewon.
Sebagian besar pejabat tinggi di pemerintahan Korea Selatan bungkam tentang apa yang salah di Itaewon pada Sabtu sore, 29 Oktober 2022. Kejadian ini tercatat dalam sejarah Korea Selatan sebagai musibah terburuk, di mana Kepolisian dianggap gagal mengendalikan massa sehingga menjadi sulit terkontrol.
“Ini jelas musibah yang disebabkan manusia. Pemerintah harus bertanggung jawab karena gagal mengendalikan massa yang menyemut. Apalagi, kerumunan massa ini sudah diperkirakan akan lebih besar dibanding tahun sebelumnya,” kata Park Ji-hyun, Ketua oposisi dari Partai Demokrat Korea Selatan.
Masalah kerumunan massa saat ada konser musik, tidak sama dengan pesta jalanan. Tidak seperti konser group musik BTS, Pemerintah Korea Selatan menggaris bawahi acara kumpul-kumpul di Itaewon bersifat spontan. Tidak ada sponsor atau panitia pengkoordinir.
Kepolisian Seoul sudah menyadari bakal ada banyak orang berkumpul. Hanya saja, mereka tidak tahu akan seberapa banyak massa yang datang (untuk pesta halloween).
Dalam pemberitaan yang diterbitkan pada Kamis, 27 Oktober 2022, Kepolisian Yongsan sudah menyebut kalau prioritas mereka adalah mengutamakan keamanan dan menciptakan ketertiban warga. Sayang, Kepolisian Yongsan gagal mengambil langkah-langkah persiapan. Seorang aparat kepolisian yang tak mau dipublikasi namanya mengatakan mengendalikan massa adalah sebuah tugas pararel, bukan fokus utama.
Menteri Dalam Negeri Korea Selatan Lee Sang-min mengatakan aparat kepolisian di Seoul sebagian besar dikerahkan untuk menghadapi unjuk rasa anti-pemerintah dan beberapa aksi protes lainnya, yang banyak terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Lee pun pesimis jika kerumunan massa di Itaewon bisa diselesaikan apabila aparat kepolisian dan pemadam kebakaran dikerahkan lebih awal.
Kim Gihyeon, politikus senior dari Partai Rakyat Berkuasa, memperingatkan Menteri Dalam Negeri Lee agar hati-hati dengan ucapannya. Kim menyalahkan kepolisian setempat karena dianggap gagal mengendalikan kerumunan.
Sampai Senin sore, 31 Oktober 2022, kepolisian masih melakukan investigasi kasus ini. Mereka mewawancarai saksi mata dan mengamankan rekaman kamera CCTV.
Pengunjung membludak
Sebelumnya diperkirakan akan ada sekitar 100 ribu orang datang ke Itaewon selama perayaan halloween pada akhir pekan. Namun berdasarkan data lalu lintas dari Seoul subway, ada 130 ribu penumpang yang menggunakan stasiun Itaewoon pada Sabtu kelam, 29 Oktober 2022.
Jumlah itu dua kali lipat dibanding perayaan halloween selama akhir pekan pada 2019, yang tercatat 60 ribu – 80 ribu pengunjung per hari.
Mereka yang ingin pesta halloween di Itaewon, sering menggunakan subway atau kereta bawah tanah untuk menghindari macet. Di pintu keluar subway exit no.1, itu langsung menghubungkan ke sebuah gang terdekat selebar 3 meter dengan panjang 39 meter. Gang itu diapit dinding bar dan dinding Hotel Hamilton yang tinggi. Boleh dibilang itu adalah gang yang menjadi jalan pintas bagi orang-orang yang ingin ke bar-bar, restoran dan klub malam di sepanjang Itaewon.
Pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022, gang itu menjadi tempat ratusan orang meregang nyawa. Mereka terjebak, nyaris tak bisa bernafas, bergerak apalagi melepaskan diri.
“Gang itu adalah bahaya yang tidak menyebabkan masalah pada orang yang melintasinya sendiri-sendiri. Namun menjadi mematikan saat orang masuk bersamaan. Itulah yang terjadi di sekitar gang itu pada Sabtu malam,” kata Yoon Yong-Kyun, ahli pencegahan bencana dari Universitas Semyung, Korea Selatan.
Sejumlah ahli mengatakan topografi distrik Itaewon telah membuat wilayah tersebut rentan dengan masalah keramaian. Selain itu, sebagian wilayah di Itaewon dibangun tanpa perencanaan tata kota. Wilayah itu berbukit-bukit, yang dilintasi oleh gang-gang sempit dengan bar-bar dan restoran berjejer.
Seo Na-yeon, 14 tahun, yang datang ke Iteawon pada Sabtu sore, 29 Oktober 2022, menceritakan dia menelepon polisi sampai dua kali ketika melihat aksi saling dorong. Namun bantuan tidak segera tiba meskipun kantor pemadam kebakaran dan layanan darurat letaknya hanya 200 meter dari lokasi gang maut.
Baca juga:Begini Sejarah Festival Halloween Itaewon yang Makan Korban Ratusan Jiwa
Seo juga mengatakan dia melihat ada aparat kepolisian, namun polisi itu hanya menindak pedagang kaki lima yang menjajakan kaos dan ikat kepala. Tidak ada yang menangani massa yang menyemut. Itu adalah cara penanganan yang berbeda saat Seo ke Itaewon pada 2019 atau sebelum wabah Covid-19 terjadi, di mana ada puluhan aparat yang mengarahkan para pengunjung.
Pada Senin, 31 Oktober 2022, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan pihaknya akan mengubah sistem keamanan negara dengan cara memberdayakan aparat kepolisian agar bisa mengendalikan kerumunan jalanan (yang terjadi tanpa sponsor acara dan tanpa panitia pengkoordinir). Yoon juga menyerukan agar dilakukan investigasi menyeluruh perihal kasus ini.
“Ketika saya mengenang para korban tewas dan anggota keluarga yang ditinggalkan, saya merasakan kesedihan yang tak dapat digambarkan dan tanggung jawab sebagai Presiden, yang seharusnya bertanggung jawab atas keamanan masyarakat,” pungkas Yoon.
Sumber: nytimes.com | edition.cnn.com
Baca juga: Keluarga Korban Insiden Halloween Itaewon Menuntut Jawaban dari Pemerintah
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.