Nasib Taiwan
Menguatnya cengkeraman Xi Jinping di China juga berdampak terhadap pendekatan yang lebih agresif di panggung internasional. Termasuk secara tiba-tiba mengakhiri bentuk otonomi terbatas Hong Kong, memiliterisasi Laut Cina Selatan, dan secara terang-terangan mengancam Taiwan.
Di Taiwan, pulau yang diperintah secara demokratis, ada kekhawatiran bahwa China mungkin akan mengakhiri komitmen jangka panjangnya untuk melakukan penyatuan kembali secara damai. Profesor ilmu politik University of California Victor Shih mengaatkan ‘peremajaan besar’ bisa menjadi tema utama dalam kongres CPC yang tentu saja akan berdampak pada ekonomi.
“China akan terus tumbuh dan secara militer harus semakin kuat dan menjadi kekuatan yang semakin berpengaruh di dunia. Jadi orang bertanya-tanya apakah akan ada perubahan sikap sehubungan dengan Taiwan,” ujar Victor kepada The Guardian.
Alessio Patalano, profesor perang dan strategi Asia Timur di King’s College London, mengatakan kosakata yang digunakan Xi Jinping dalam pidato resmi akan menjadi tolok ukur penting mengenai sikapnya terhadap Taiwan.
Membawa Taiwan kembali di bawah kendali China menjadi masalah pribadi bagi Xi Jinping. Provinsi Fujian, tempat dia menghabiskan bagian terbaik dari dua dekade terakhir, terletak tepat di seberang selat Taiwan. Lokasi tersebut memiliki hubungan bisnis dan pribadi bagi Xi, sekaligus menjadi garis depan fisik bagi China.
“Latar belakang politiknya berarti bahwa sebagai pemimpin China, dia melakukan pendekatan reunifikasi dengan Taiwan dengan percaya diri. Hari ini kepercayaan itu menjadi sumber kerentanan karena prospek reunifikasi damai semakin dipertanyakan,” tutur Alessio.
Meskipun China menggelontorkan sejumlah besar uang untuk memodernisasi militernya, analis asing percaya bahwa China belum mampu secara teknis atau strategis merebut Taiwan dengan paksa.
Pendaratan di pulau yang terlindungi dengan baik tersebut adalah salah satu manuver militer yang paling ambisius, yang membutuhkan koordinasi erat antara angkatan udara, darat, dan laut China. Namun, China menunjukkan bahwa upaya perebutan paksa tersebut mungkin dilakukan.
Awal tahun ini, wakil direktur CIA David Cohen mengatakan bahwa meskipun para pemimpin China, termasuk khususnya Xi, lebih memilih jalan damai untuk mengendalikan Taipei, mereka ingin militer mampu merebut Taiwan pada 2027.
Laksamana Lee Hsi-Ming, mantan kepala angkatan bersenjata Taiwan dan mantan wakil menteri pertahanan China, mengatakan bukan kabar baik jika Xi Jinping tetap berkuasa karena dia pasti akan lebih ambisius.
Latihan militer China baru-baru ini yang menargetkan Taiwan setelah kunjungan ketua DPR AS Nancy Pelosi juga menjadi bukti. “Mereka lebih tegas dan percaya diri melakukan hal semacam itu. Terutama dengan beberapa ancaman yang mungkin tidak kami fokuskan, seperti sistem roket jarak jauh Anda dapat melihat mereka lebih percaya diri terhadap misi politik," kata dia.
“Xi Jinping telah menegaskan kekuatannya, dia akan memiliki niat yang lebih kuat untuk mencapai apa yang disebut peremajaan China yang hebat,” tutur Lee.
Baca juga: Xi Jinping Janji Bangun Militer China Jadi Kelas Dunia
XINHUA | NYT | THE JAPAN TIMES