Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ratu Elizabeth II Wafat, Nasib Negara Persemakmuran di Ujung Tanduk?

Reporter

image-gnews
Posisi Royal Rota di luar Queen Elizabeth II Centre, di seberang pintu masuk Westminster Abbey, 19 September 2022, di sepanjang rute perjalanan peti mati Ratu Elizabeth dari Istana Westminster (Gedung Parlemen) ke Westminster Abbey untuk Pemakaman Negara. Marc Aspland/Pool via REUTERS
Posisi Royal Rota di luar Queen Elizabeth II Centre, di seberang pintu masuk Westminster Abbey, 19 September 2022, di sepanjang rute perjalanan peti mati Ratu Elizabeth dari Istana Westminster (Gedung Parlemen) ke Westminster Abbey untuk Pemakaman Negara. Marc Aspland/Pool via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemakaman Ratu Elizabeth II telah selesai digelar kemarin, Senin, 19 September 2022. Prosesi pemakaman ratu Inggris yang berkuasa selama 70 tahun lebih itu dilakukan secara besar-besaran dengan dihadiri oleh para kepala negara dan bangsawan. Meski belum ada keterangan resmi dari pemerintahan Inggris, biaya prosesi diperkirakan memakan dana hingga US$ 10 juta. 

Kematian Ratu Elizabeth memicu perdebatan baru di banyak negara Persemakmuran. Kebanyakan anggota negara Persemakmuran adalah bekas koloni Inggris. Hubungan masa depan dengan negara Persemakmuran kini tak tentu usai mangkatnya Ratu Elizabeth II. 

Usai Ratu Elizabeth wafat, Raja Charles naik takhta. Raja baru ini telah diproklamirkan di Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Jamaika, termasuk pula 14 negara lain di mana Raja Charles III adalah kepala negara yang baru. Deklarasi Raja Charles diadakan di beberapa ibu kota, dari Nassau di Bahama hingga Suva di Fiji.

Terdiri dari 56 negara, Persemakmuran merupakan asosiasi yang sebagian besar merupakan bekas koloni Inggris. Pada 2018, organisasi tersebut setuju menunjuk Charles sebagai kepalanya setelah kematian Ratu Elizabeth II, yang memicu kemarahan di antara beberapa anggota, terutama di Karibia.

“Kematian Ratu Elizabeth benar-benar akan menandai titik balik,” kata Sonjah Stanley Niaah dari Universitas Hindia Barat di Jamaika, seperti dilansir dari VOA, Selasa, 20 September 2022. 

“Banyak negara mempertimbangkan peran mereka di Persemakmuran. Saya pikir sekarang setelah Ratu Elizabeth meninggal, pasti akan ada lebih banyak langkah untuk memisahkan diri dari persemakmuran,” kata Niaah.

Banyak Negara Ingin Memisahkan Diri 

Salah satu negara yang segera ingin memisahkan diri dari Persemakmuran adalah Bahama. Perdana Menteri Phillip Davis mengumumkan akan mengadakan referendum untuk menyingkirkan putra dan penerus Elizabeth, Raja Charles III sebagai kepala negara resmi di Bahama. Ia juga ingin mengubah negaranya yang telah merdeka sejak 1973, menjadi republik.

"Satu-satunya tantangan dengan kami pindah ke republik adalah bahwa saya tidak bisa melakukannya tanpa persetujuan Anda," kata Davis kepada wartawan. “Saya harus mengadakan referendum dan orang-orang Bahama harus mengatakan kepada saya, 'Ya.'”

Ratu Elizabeth, yang meninggal minggu lalu di usia 96, mengabdikan sebagian besar masa pemerintahannya untuk melestarikan dan memperkuat hubungan negara Persemakmuran. Sebagai raja, dia adalah kepala simbolis asosiasi. Dia juga ratu dari 14 negara itu, termasuk Bahama.

“Apa pun yang Anda pikirkan tentang Persemakmuran, peninggalan era kolonial atau institusi modernisasi, saya berpikir komitmen ratu terhadap organisasi benar-benar tidak dapat diragukan,” ujar Christopher Prior, seorang profesor sejarah kolonial dan pasca-kolonial di University of Southampton di Inggris, dilansir dari NBC News.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bekas Koloni Inggris Menuntut 

Namun dalam beberapa tahun terakhir, bekas koloni Inggris, terutama negara-negara di mana penduduk kulit hitam, telah menuntut pertanggungjawaban dari keluarga kerajaan atas perbudakan di masa lalu. Perbudakan telah membuat keluarga Kerajaan Inggris menjadi sangat kaya.

Pada Maret lalu, pewaris takhta Pangeran William, istrinya, Kate, Pangeran Edward dan Countess of Wessex disambut oleh demonstrasi saat mengunjungi Jamaika, Belize serta Bahama. Massa menuntutt repatriasi untuk perbudakan. 

Di Australia, pemerintahan Perdana Menteri Anthony Albanese membuka peluang untuk mengadakan referendum menjadi republik. Namun Albanese mengatakan hal itu tidak bisa dibicarakan sekarang. “Tidak tepat sekarang membicarakan perubahan konstitusi. Yang tepat saat ini adalah memperingati kehidupan pelayanan Ratu Elizabeth II,” kata Albanese kepada wartawan pekan ini.

Guy Hewitt, mantan komisaris tinggi Inggris membantah bahwa Persemakmuran terancam bubar. Tahun ini Togo dan Gabon, keduanya bekas koloni Prancis di Afrika, bergabung dengan Persemakmuran, bukti bahwa organisasi tersebut tidak ditinggalkan. 

“Apa yang kita lihat di era pasca-kemerdekaan, bukannya persemakmuran semakin kecil, justru semakin besar. Charles, sebagai kepala baru persemakmuran, bekerja sama dengan ibunya sebagai Pangeran Wales, bepergian secara ekstensif di sekitar persemakmuran dengan caranya sendiri, memperjuangkan tujuan seperti pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan,” kata Hewitt.

"Ini sudah mulai terasa agak kuno, dan mungkin Raja Charles dapat menyuntikkan, seperti yang dilakukan ibunya, beberapa dinamisme beberapa arah baru dan rasa tujuan baru untuk negara-negara Persemakmuran," ujar Hewitt.

Baca: 10 Pewaris Takhta Inggris Setelah Ratu Elizabeth Wafat, dari Pangeran William hingga Lilibet

NBC NEWS | VOA | REUTERS 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Orang Dekat Pangeran William Mengidap Kanker, Ini 7 Jenis Kanker Mematikan di Dunia

1 hari lalu

Pangeran William dan Kate Middleton terlihat bersama pada Senin, 11 Maret 2024 usai operasi perut yang dilakukan Putri Wales , Januari lalu. Foto: Bruce Bennet via Daily Mail.
Dua Orang Dekat Pangeran William Mengidap Kanker, Ini 7 Jenis Kanker Mematikan di Dunia

Kanker jadi penyebab kematian paling tinggi di dunia setelah jantung dan stroke, dua orang dekat Pangeran William terkena penyakit itu.


Pengadilan Inggris Tunda Ekstradisi Julian Assange ke Amerika Serikat

1 hari lalu

Julian Assange. AP/Sang Tan
Pengadilan Inggris Tunda Ekstradisi Julian Assange ke Amerika Serikat

Ekstradisi Julian Assange ke Amerika Serikat ditunda karena Assange tidak berhak mengandalkan hak kebebasan berpendapat dalam Amandemen Amerika


Pertama Kalinya, Inggris Kirim 10 Ton Makanan ke Gaza Lewat Udara

2 hari lalu

Militer Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bantuan dari udara, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza, 2 Maret 2024. Amerika Serikat pada Sabtu (2/3) mengatakan pihaknya telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza lewat udara untuk pertama kalinya dengan menerjunkan lebih dari 38.000 makanan menggunakan pesawat militer. REUTERS/Kosay Al Nemer
Pertama Kalinya, Inggris Kirim 10 Ton Makanan ke Gaza Lewat Udara

Angkatan Udara Inggris mengirimkan 10 ton bantuan makanan ke Gaza dengan menggunakan helikopter.


Akhiri Spekulasi, Kate Middleton Ungkap Tengah Jalani Kemoterapi Melawan Kanker

5 hari lalu

Kate Middleton muncul dalam video yang mengatakan dirinya tengah menjalani perawatan kemoterapi. Foto: Instagram.
Akhiri Spekulasi, Kate Middleton Ungkap Tengah Jalani Kemoterapi Melawan Kanker

Kate Middleton menjelaskan, saat menjalani operasi pada Januari lalu, ditemukan sel kanker di tubuhnya dan kini tengah menjalani kemoterapi.


Resmi Terpilih Jadi Presiden RI, Inggris Ucapkan Selamat ke Prabowo Subianto

6 hari lalu

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron bertemu dengan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati (tidak terlihat) di Beirut, Lebanon 1 Februari 2024. REUTERS/Mohamed Azakir
Resmi Terpilih Jadi Presiden RI, Inggris Ucapkan Selamat ke Prabowo Subianto

David Cameron dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia menyampaikan ucapan selamat kepada Prabowo Subianto yang terpilih jadi Presiden RI


Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

8 hari lalu

Direktur Utama BRI Sunarso yang dinobatkan sebagai Pemimpin /CEO Terpopuler di Media Sosial 2022, untuk kategori BUMN Tbk.
Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

Dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR hari ini, Dirut BRI Sunarso membeberkan dampak resesi di Jepang dan Inggris ke perekonomian Indonesia.


Raja Charles III Disebut Meninggal oleh Media Rusia, Kedubes Inggris Buka Suara

8 hari lalu

Raja Charles dan Ratu Camilla dari Inggris berjalan setelah menghadiri kebaktian gereja di gereja St. Mary Magdalene di perkebunan Sandringham, di Inggris timur, Inggris, 18 Februari 2024. REUTERS/Chris Radburn
Raja Charles III Disebut Meninggal oleh Media Rusia, Kedubes Inggris Buka Suara

Sejumlah media terkemuka Rusia menuliskan bahwa Raja Charles III telah meninggal karena kanker. Berita itu membuat Kedubes Inggris turun tangan.


Wakil Perdana Menteri Inggris Ungkap Dukungan ke Israel

9 hari lalu

Oliver Dowden. REUTERS
Wakil Perdana Menteri Inggris Ungkap Dukungan ke Israel

Wakil Perdana Menteri Inggris meyakinkan tidak akan meninggalkan Israel, namun saat yang sama menyerukan gencatan senjata


Kate Middleton Menghilang, Kakak Putri Diana Bandingkan dengan Nasib Adiknya

10 hari lalu

(Tengah) Potret Kate Middleton bersama ketiga buah hati yang diunggah dalam momen Hari Ibu di Inggris pada Minggu, 10 Maret 2024. Foto: Instagram/@princeandprincessofwales
Kate Middleton Menghilang, Kakak Putri Diana Bandingkan dengan Nasib Adiknya

Kakak Putri Diana membandingkan menghilangnya Kate Middleton dengan adiknya.


Putin Menang Pemilu, Begini Reaksi Dunia

10 hari lalu

Putin Menang Pemilu, Begini Reaksi Dunia

Kemenangan Putin sebagai presiden Rusia untuk kesekian kalinya ini memicu komentar, kebanyakan negatif, dari dunia internasional.