TEMPO.CO, Jakarta - Enam bulan sudah Rusia menginvasi Ukraina. Dampak dari perang ini tak hanya terasa bagi kedua negara, konsekuensinya bahkan menjadi ancaman yang dapat menghancurkan bagi ekonomi global.
Salah satu negara yang sudah merasakan dampak dari konflik ini adalah Jerman. Reza Khasbullah, mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di Jerman, menceritakan dampak meroketnya inflasi di negara itu terhadap kehidupan sehari-hari.
WNI asal Bandung yang sekarang tinggal di Munich itu mengatakan, efek inflasi tersebut sudah dirasakannya sejak tiga atau empat bulan lalu.
"Ada kenaikan harga-harga bahan pokok, kenaikan harga listrik hingga energi, dampaknya harga sewa rumah pun ikut naik juga," kata Reza kepada Tempo, Ahad, 21 Agustus 2022. "Belanja jadi terasa lebih mahal, belanja sehari-hari.”
Harga bahan pokok, menurut Reza, naik rata-rata sekitar 10 sampai 12 persen. Misalkan nasi biasanya 2 euro atau Rp29,8 ribu menjadi 2,10 euro atau Rp31,3 ribu.
Namun yang paling signifikan adalah minyak goreng, yang sempat naik hingga 300 persen. Biasanya, minyak goring dibanderol seharga 1 euro atau Rp14,9 ribu. Sejak konflik, harganya melonjak menjadi 3 sampai 4 euro atau Rp44,7 - Rp59,6 ribu.
"Penyebabnya ada kelangkaan (pasokan minyak goreng) waktu awal konflik Ukraina," tutur mahasiswa Teknik Elektro itu.
Inflasi di Jerman yang dipicu oleh krisis energi akibat invasi Rusia ke Ukraina, diprediksi akan terus meroket dalam beberapa waktu mendatang. Presiden Bank Sentral Jerman Joachim Nagel bahkan mengatakan angka rata-rata inflasi mungkin saja bisa sampai 10 persen pada musim gugur nanti.
Jerman yang sangat bergantung pada pasokan gas Rusia akan menghadapi lonjakan harga bahan bakar tersebut. Bahkan, gas mungkin tidak tersedia sama sekali jika Rusia benar-benar memotong pasokan ke Eropa untuk membalas sanksi Barat karena invasinya ke Ukraina. Atau, jika utilitas tidak dapat menyimpan cukup gas untuk musim dingin.
Jika ini terjadi, Jerman mungkin harus memberlakukan penjatahan gas yang dapat melumpuhkan industri dari pembuatan baja hingga obat-obatan hingga binatu komersial.