Ancaman Kelangkaan Gandum dan Kenaikan Harga Mi Instan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut negara mesti waspada karena harga mi instan akan naik tiga kali lipat. Syahrul mengemukakan penyebab kenaikan itu adalah impor gandum dari Rusia dan Ukraina yang terganggu. Kondisi ini menyebabkan kenaikan harga pada bahan baku mi instan.
"Di sana (Rusia dan Ukraina), gandum tertimbun 180 juta ton. Jadi hati-hati yang banyak makan mi dari gandum, besok harganya tiga kali lipat itu," ujarnya dalam Webinar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada Senin, 8 Agustus lalu.
Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, kata Syahrul, telah mendorong negara-negara di dunia menghadapi ancaman krisis pangan, termasuk sulitnya mendapatkan gandum. Menurut Syahrul, ada 62 negara yang terganggu pasokan pangannya akibat ketegangan geopolitik dua negara itu.
Syahrul kemudian meminta maaf karena kementeriannya harus secara ekstrem meenggamblangkan informasi tersebut. Sebenarnya, kata dia, stok gandum sebagai bahan baku mi instan tersebut tersedia, namun harganya sangat tinggi. Sementara itu, Indonesia masih harus mengimpor bahan baku itu lantaran gandum sulit ditanam di Indonesia.
Dia lantas mengimbau agar masyarakat dapat mengkonsumsi bahan pangan lainnya yang bisa menjadi subtitusi gandum, seperti singkong, sagu, dan sorgum. "Kalau saya sih pilih kita makan aja sorgum. Kenapa? Ya karena menghadapi tantangan-tantangan ini nggak kecil di Kementerian Pertanian," ucapnya.
Pernyataan Syahrul kemudian ditampik Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) Franciscus Welirang. Franciscus memastikan harga mi instan buatan Indomie tidak akan melonjak sampai tiga kali lipat. Salah satunya karena harga gandum internasional belakangan sudah terpantau menurun.
Pria yang akrab disapa dengan Franky tersebut menjelaskan harga gandum mencapai level tertinggi pada Mei 2022 dan akan tiba di Indonesia pada Agustus ini. “Harga gandum tertinggi sudah lewat dan sepertinya tidak akan naik lagi,” kata Franky saat dihubungi, kemarin.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) itu menyatakan tren penurunan harga gandum didukung oleh membaiknya panen di Kanada dan Amerika Serikat, salah satu pemasok gandum terbesar untuk Indonesia. Sementara itu, kenaikan harga gandum untuk bahan baku tepung dan mi instan telah diikuti dengan penyesuaian harga jual sejak tahun lalu.
“Harga gandum sudah memperlihatkan tren kenaikan sejak 2021 dan tidak semata-mata karena konflik Ukraina-Rusia, tetapi juga karena panen yang kurang baik di Amerika Utara,” tutur Franky.
Per akhir tahun 2021, kata dia, harga terigu serbaguna dan protein tinggi telah naik 6 persen. Sementara itu harga tepung protein rendah naik 15 persen. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), anak usaha INDF yang memproduksi mi instan Indomie, telah menaikkan harga jual dalam beberapa bulan terakhir.