Zet membeberkan sejumlah program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang tak hanya di bidang pariwisata, tapi juga pengembangan peternakan, perikanan, kemudian pertanian, hortikultura, UMKM, serta ekonomi kreatif. Adapun hasil penerimaan tiket nantinya akan digunakan untuk membiayai program-program tersebut.
"Jadi selain untuk konservasi, dana tarif akan mengalir pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengamanan atau monitoring, pengelolaan sampah, pengembangan fasilitas pariwisata, pos kesehatan, APBD, dan PNBP," kata Zet.
Ihwal kenaikan harga tiket Pulau Komodo sebelumnya disebutkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada pertengahan Juli 2022 lalu. Saat itu ia menyatakan harga tiket sekitar Rp 3,7 juta adalah total biaya konservasi berupa nilai jasa ekosistem selama satu tahun.
Angka tersebut diperoleh dari kajian para ahli. Adapun nilai jasa ekosistem yang dimaksud adalah sumber daya alam yang menunjang keberlangsungan kehidupan makhluk hidup, seperti air, oksigen, sumber makanan, dan mencakup pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh wisatawan.
Biaya tiket yang dikenakan pada wisatawan juga sudah termasuk dengan pemberian suvenir buatan masyarakat sekitar Pulau Komodo. "Kebijakan ini akan bisa menarik lebih banyak wisatawan yang menghargai upaya konservasi dan ikut membangun destinasi-destinasi lain di Nusa Tenggara Timur sebagai destinasi wisata unggulan," kata Sandiaga pada Senin, 12 Juli 2022.
Sandiaga menyatakan biaya konservasi hasil dari kenaikan tarif masuk itu justru dapat menunjang upaya pemerintah menjaga kelestarian alam. Biaya itu juga diharapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo.
Kenaikan tarif ini, menurut Sandiaga, telah dibahas panjang oleh Kemenparekraf, Pemerintah Provinsi NTT, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Balai Taman Nasional Komodo. Langkah ini diambil sebagai salah satu solusi pengembangan pariwisata dan konservasi.
Bila ada wisatawan yang keberatan dengan tarif baru ke Pulau Komodo dan Pulau Padar, Sandiaga menyebut, masih ada banyak destinasi lain di Labuan Bajo yang bisa dikunjungi wisatawan, salah satunya di Pulau Rinca.
"Namun jika wisatawan ingin berkunjung ke Pulau Komodo untuk melihat komodo dengan muka yang sama (dengan di Rinca), mereka akan diminta untuk berkontribusi lebih untuk konservasi," ucap Sandiaga dalam dalam keterangannya seperti dikutip pada Selasa, 26 Juli 2022.
Hal senada disampaikan oleh Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat. Bagi wisatawan yang ingin melihat komodo namun tak sepakat dengan tarif itu, kata dia, masyarakat bisa berwisata ke Pulau Rinca yang tarifnya masih tetap sebesar Rp 75.000 per wisatawan domestik dan wisatawan asing Rp 150.000 per orang. Di sana ada sebanyak 1.300 komodo.
Selanjutnya: Sejak awal pemerintah dinilai salah mengambil kebijakan konservasi.