TEMPO.CO, Jakarta - Amalya Adyanissa punya cerita tersendiri soal Bandara Halim Perdanakusuma, Ia mengaku lebih senang naik pesawat dari bandara yang berlokasi di Jakarta Timur itu, ketimbang Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. "Bandara Halim itu sederhana," ucapnya pada Tempo, Rabu, 27 Juli 2022.
Perempuan berusia 26 tahun ini masih ingat betul bagaimana keberangkatanya ke Bali pada pertengahan November tahun lalu, tak banyak penumpang berseliweran di bandara tersebut. Meski tak terlalu luas, ia merasa bandara Halim cukup lengang. Hanya satu keluhannya, tak banyak petugas yang siap membantu saat ia antre memverifikasi sertifikat vaksin Covid-19.
Mendengar kabar Bandara Halim Perdanakusuma tengah direnovasi dan bersiap melayani lebih banyak penerbangan komersial, Amalya sedikit khawatir. Sebab, luas ruang bandara yang ada saat ini dinilai belum mumpuni untuk menampung lebih banyak penumpang.
"Untuk check ini aja biasanya satu maskapai butuh berapa ruangan. Nah kalau banyak maskapai, antreannya jadi panjang. Padahal ruangan di Bandara Halim enggak sebanyak itu," tuturnya.
Saat ini Bandara Halim Perdanakusuma baru melayani penerbangan berjadwal dua maskapai, yaitu Citilink dan Batik Air. Bandara dengan kapasitas 2 juta penumpang ini mayoritas melayani penerbangan militer VVIP dan VIP, penerbangan tidak berjadwal, dan kargo.
Adapun revitalisasi Bandara Halim Perdanakusuma terus berlangsung hingga nantinya siap melayani penerbangan komersial. Sejak direvitalisasi pada 26 Januari 2022, bandara itu hingga kini masih ditutup sementara.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperkirakan layanan komersial akan segera hadir kembali September mendatang. "Pengoperasian secara komersial akan dilakukan berbarengan dengan selesainya bangunan terminal (VVIP dan VIP)," ujarnya pada Selasa, 12 Juli 2022. Artinya mundur dari jadwal sebelumnya yang menyebutkan revitalisasi bandara butuh waktu maksimal 3,5 bulan.
Revitalisasi sebelumnya muncul atas permintaan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Kemenhub lalu mengalokasikan anggaran sekitar Rp 600 miliar untuk merenovasi gedung, juga untuk membenahi berbagai fasilitas.
Selanjutnya: Tarik ulur pengelolaan bandara dari AP II ke ATS.