TEMPO.CO, Jakarta - Mulai besok, 1 Juli 2022, PT Pertamina Patra Niaga akan menguji coba cara baru pembelian BBM subsidi, Pertalite dan Solar di 11 daerah.
Untuk tahap awal, masyarakat pembeli BBM subsidi baru diminta mendaftar di situs MyPertamina dan proses pembelian masih sama seperti biasa. Namun di kemudian hari, hanya mereka yang sudah terdaftar di situs ataupun aplikasi MyPertamina yang bisa membeli bahan bakar bersubsidi tersebut.
Langkah Pertamina ini berangkat dari konsumsi BBM bersubsidi yang terus melonjak. Per Mei lalu, realisasi konsumsi Pertalite dan Solar subsidi masing-masing sudah melebihi kuota 23 persen dan 11 persen.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menyatakan bila tidak ada pengaturan distribusi, konsumsi dua jenis bahan bakar bersubsidi itu bisa melampaui kuota yang ditentukan. Pada tahun 2022, kuota Pertalite dan Solar subsidi sebesar 23,05 juta kiloliter dan 14,92 juta kiloliter.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menjelaskan cara pembelian bahan bakar dengan aplikasi MyPertamina itu juga sebagai respons atas permintaan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Kamis pekan lalu.
Dalam konferensi pers APBN Kita, bendahara negara itu meminta Pertamina untuk bisa lebih mengendalikan penerima subsidi energi, karena jumlah barang subsidi yang disalurkan BUMN migas terus meningkat.
Bukan tanpa alasan, permintaan Sri Mulyani disampaikan karena beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN pada tahun ini sangat terbebani dengan subsidi berbagai komoditas, mulai dari energi hingga perumahan.
Bahkan, kata Sri Mulyani, konsumsi BBM (solar dan minyak tanah) dari 5 juta kiloliter per tahun lalu naik ke 5,6 juta. "LPG 3 kg juga naik. Listrik subsidi juga naik jumlah pelanggannya. Pupuk juga naik dan subsidi perumahan juga naik," katanya, Kamis, 23 Juni 2022. Sementara jumlah pelanggan PLN bersubsidi naik dari 37,4 juta pengguna menjadi 38,4 juta pengguna.
Apalagi harga minyak dunia kini melampaui US$ 110 per barel, sedangkan ICP yang dipatok di APBN sebesar US$ 109 per barel. Walhasil, selisih nilai keekonomian dan harga eceran barang subsidi yang ditanggung pemerintah kian besar.
Alih-alih menaikkan harga BBM menjadi di level harga keekonomian, Pertamina tetap menjual Pertalite dan Solar subsidi di harga Rp 7.650 dan Rp 5.150 per liter atau di bawah harga pasar keduanya yang kini berkisar Rp 12.556 - Rp 12.950 per liter.
Selanjutnya: Subsidi BBM kian membebani APBN