TEMPO.CO, Jakarta - Krisis Ukraina masuk babak baru. Rusia mengakui kemerdekaan dua kelompok pemberontak di wilayah Ukraina timur dan sekaligus mengirimkan tentara ke wilayah itu dengan dalih sebagai penjaga perdamaian.
Keputusan Presiden Vladimir Putin, yang dilakukan pada Senin, 21 Februari 2022 ini, langsung menuai kecaman terutama dari Barat. Ancaman sanksi ke Rusia kembali berhamburan dari Amerika Serikat dan Sekutunya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menuduh Rusia merusak pembicaraan damai karena mengakui kemerdekaan dua wilayah yang menyatakan lepas dari Kyiv.
Zelenskiy dalam pernyataan Selasa pagi, 22 Februari 2022, mengatakan Ukraina berkomitmen pada perdamaian dan diplomasi, sekaligus mengharapkan langkah "jelas dan efektif" dari sekutunya untuk bertindak melawan Rusia dan menyerukan pertemuan puncak darurat para pemimpin Ukraina, Rusia, Jerman dan Prancis.
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss, langsung menyatakan tindakan Moskow mengirim pasukan ke wilayah pemberontak dukungan Rusia di Donbass itu sebagai invasi terhadap Ukraina.
Presiden Joe Biden membalas tindakan Putin dengan menandatangani perintah eksekutif untuk menghentikan aktivitas bisnis AS di wilayah yang memisahkan diri.
Meningkatnya kekhawatiran perang mendorong harga minyak ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, sementara mata uang safe-haven termasuk yen menguat dan saham global jatuh.
"Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas pelanggaran nyata terhadap hukum internasional dan kedaulatan Ukraina serta integritas teritorial," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, kepada wartawan setelah pertemuan darurat Dewan Keamanan pada Senin malam.
"Kami dapat, akan, dan harus bersatu dalam seruan kami agar Rusia menarik pasukannya, kembali ke meja diplomasi dan bekerja menuju perdamaian."
Tetapi seorang pejabat senior AS mengatakan pengerahan pasukan Rusia ke daerah-daerah yang memisahkan diri tidak pantas mendapatkan sanksi paling keras yang telah disiapkan Amerika Serikat dan sekutunya jika terjadi invasi skala penuh, karena Rusia sebelumnya sudah menempatkan pasukan di sana.
Seorang menteri senior pemerintah Inggris mengatakan jelas bahwa Putin telah memilih konfrontasi daripada dialog dan Inggris akan menanggapi dengan sanksi.
"Anda dapat menyimpulkan bahwa invasi ke Ukraina telah dimulai," kata Menteri Kesehatan Sajid Javid.
Dia mengatakan situasinya sama parahnya dengan krisis rudal Kuba tahun 1962 ketika konfrontasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membawa dunia ke ambang perang nuklir.
Rusia membantah berencana untuk menyerang tetangganya tetapi telah mengerahkan pasukan di perbatasan Ukraina dan mengancam tindakan "teknis militer" kecuali jika menerima jaminan keamanan besar-besaran, termasuk bahwa Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan NATO.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pengakuan kedua wilayah itu tidak mempengaruhi kesiapan Rusia untuk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat, kantor berita Tass melaporkan.
Berikutnya: sanksi mulai dijatuhkan Selasa