TEMPO.CO, Jakarta - Penyebaran varian Omicron terus meluas di Indonesia. Per 3 Januari 2022, kasus konfirmasi Omicron di Indonesia tercatat 152 kasus, dimana 146 merupakan kasus impor dan 6 kasus transmisi lokal.
Kasus imported case Omicron di Indonesia masih didominasi dari para pelaku perjalanan internasional yang berasal dari negara Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan USA. Sementara enam kasus transmisi lokal terdeteksi di Jakarta dan Surabaya dari warga yang terbang dari daerah Bali maupun Medan.
"Jadi dua kasus yang kerja di Wisma Atlet, dua yang keluarga (warga) dari Medan yang datang ke Surabaya. Satu ada anak diplomat yang tertular kakaknya datang dari luar negeri, tapi dia tinggal di Indonesia. Satu lagi yang jalan liburan ke Bali, kemudian dia pulang ke Surabaya, dia teridentifikasi di Surabaya," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui Tempo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada Senin, 3 Januari 2022.
Budi mengakui, transmisi lokal tidak terhindarkan setelah varian Omicron masuk ke Indonesia. "Ini kan udah terjadi di 132 negara, enggak mungkin lah suatu saat enggak masuk. Tapi Indonesia kan relatif lebih lambat," ujar dia.
Bekas Wakil Menteri BUMN itu menyebut, pemerintah tidak bisa sepenuhnya mencegah varian Omicron menyebar, hanya bisa memperlambat dan mencegah penularan semakin meluas. "Kita bisa hambat kalau protokol kesehatan dan surveilans-nya baik, mudah-mudahan enggak setinggi negara yang lain," ujar Budi.
Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menyebut transmisi lokal merupakan konsekuensi logis suatu wabah dengan pola pertumbuhan eksponensial yang sudah masuk di komunitas suatu negara. Terlebih, ujar dia, sistem deteksi dini di Indonesia lemah dan kesadaran masyarakat melaporkan gejala Covid-19 terbilang rendah.
"Jadi, ya, memang perkara waktu saja untuk menyebar. Sistem deteksi dini kita kan juga kurang," ujar Dicky.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menekankan bahwa pengetatan karantina bagi pelaku perjalanan dari luar negeri merupakan hal paling penting untuk mencegah varian Omicron ini meluas. Sebab, hampir seluruh kasus Omicron yang teridentifikasi berasal dari luar negeri. Jika karantina ketat, maka varian baru Covid-19 bisa tertangkap di karantina dan tidak menyebar ke masyarakat.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyaksikan seorang anak yang akan menjalani vaksinasi Covid-19 di Kompleks SDN Cideng, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Desember 2021. Presiden meninjau langsung vaksinasi Covid-19 bagi anak-anak usia 6-11 tahun. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
"Jangan ada lagi dispensasi, dispensasi (karantina). Apalagi yang bayar, bayar, itu jangan sampai kejadian lagi," ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas evaluasi PPKM di Kantor Presiden, Senin, 3 Januari 2021.
Ia meminta Polri bersama Badan Inteligen Negara (BIN) mengawasi karantina tersebut. "Saya minta betul-betul diawasi," tuturnya.
Jokowi juga meminta jajaran kabinet melakukan langkah-langkah persiapan mengantisipasi lonjakan kasus akibat masuknya varian baru Covid-19 itu.
"Persiapkan fasilitas-fasilitas kesehatan yang kita miliki, baik pusat maupun daerah, karena sudah terjadi transmisi lokal kasus. Prosedur mitigasi kita siapkan lagi," ujar Jokowi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim pemerintah sudah lebih siap menghadapi lonjakan kasus Covid-19 pada saat ini. "Rencana kontingensi sudah kami susun. Saya kira, kita sudah jauh lebih bagus daripada tahun lalu. Kami tidak jumawa, tapi kami sudah melakukan yang terbaik belajar dari pengalaman lalu," ujar Luhut.
Kapasitas tempat tidur rumah sakit yang tersedia dinilai cukup memadai, sekitar 400 ribu. Adapun 30 persen atau 120 ribu di antaranya diperuntukkan bagi pasien Covid-19. Sementara tempat tidur yang terisi baru 2.400, jadi masih ada ruang kosong lebih dari 110 ribu. Untuk kebutuhan oksigen bagi pasien Covid-19, sekitar 16 ribu oksigen konsentrator sudah dikirim ke rumah sakit di seluruh Indonesia.
Pemerintah juga akan menjadikan Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, sebagai pintu masuk bagi pelaku perjalanan internasional. Tujuannya, memecah kepadatan pendatang di Soekarno-Hatta. Pemerintah memprediksi pada 5-7 Januari ini jumlah pelancong dari luar negeri mencapai 5.000 orang.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mewanti-wanti agar rencana itu bisa berjalan maksimal. Penyebabnya, Jawa Timur masih kekurangan alat yang bisa mengecek varian Omicron. Jumlah tenaga kesehatan pun lebih terbatas. Ia khawatir pengawasan terhadap karantina lemah sehingga para pendatang bisa lolos.
Windhu mencontohkan, pengawasan yang lemah terjadi saat varian Delta masuk ke Indonesia. Menurut dia, ketika itu Juanda menjadi tempat kedatangan internasional dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjadi pelaksana karantina. “Setelah beberapa hari diserahkan ke pemerintah kabupaten/kota, yang kemudian jadi titik lolos,” tuturnya.
DEWI NURITA | MAJALAH TEMPO