"Tiga catatan ini membuat kami memberikan rapor merah kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, kami berharap agar kita bersama-sama menjaga agar harga pangan tidak tinggi dan masyarakat atau konsumen tidak kesulitan mendapatkan pangan," tutur Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan dalam keterangan tertulis, Senin, 27 Desember 2021.
Kenaikan harga tiga komoditas itu, menurut dia, cukup mengagetkan masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga. Fenomena itu juga dinilai membuat masyarakat kesulitan dalam menghadapi perpindahan tahun ini. "Jujur kami tidak menduga bahwa kenaikan harga pangan yang relatif panjang dan tinggi ini terjadi di akhir tahun 2021."
Ihwal melambungnya barang-barang kebutuhan pokok itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani meminta pemerintah segera mengatasi persoalan tersebut. Pasalnya perkara mahalnya harga kebutuhan pokok akan membuat masyarakat semakin sulit.
“Pemerintah perlu segera mengendalikan harga bahan pangan pokok di akhir tahun ini. Beberapa bahan pangan pokok seperti minyak goreng, cabai, bawang dan telur ayam harganya sangat tinggi melebihi akhir tahun sebelumnya,” kata Puan.
Politikus PDIP itu menuturkan, masyarakat berpenghasilan kecil akan sangat terdampak dengan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. "Ibu-ibu rumah tangga sudah banyak mengeluh, harga cabai rawit merah di sejumlah daerah sudah ada yang mencapai Rp 140.000 per kilogram. Ini sudah melebihi harga daging,” ucapnya.
Permasalahan naiknya harga-harga bahan pangan di akhir tahun, kata Puan, juga harus diselesaikan untuk waktu-waktu ke depan. Ia mengatakan fenomena ini selalu berulang dan perlu upaya penyelesaian yang komprehensif. Perlu adanya sinergi kebijakan antar sektor baik dari sisi hulu maupun hilir, dari sektor produksi dan perdagangan.
Direktur Center of Economic and Law Studies atau Celios, Bhima Yudhistira, menyarankan pemerintah segera mengatasi perkara mahalnya harga bahan pangan itu.
Pasalnya, lonjakan harga kebutuhan pokok akan menahan laju pemulihan konsumsi rumah tangga, khususnya kelompok menengah dan bawah. "Semakin rendah golongan konsumsi masyarakat, pengeluaran bahan makanan semakin besar," ujar Bhima.
Berdasar data Badan Pusat Statistik, kata dia, komposisi garis kemiskinan dari bahan makanan mencapai 73 persen. "Jadi, sedikit saja harga minyak goreng dan cabai naik, yang rentan miskin paling terpukul."
Situasi masyarakat menengah dan bawah itu berbeda dengan golongan atas yang masih punya simpanan, sehingga naiknya harga kebutuhan pokok masih bisa ditolerir. Terlebih, tutur Bhima, upah minimum hanya naik rata-rata di kisaran 1 persen tahun 2022. Hal ini diperkirakan membuat banyak pekerja yang daya belinya merosot.
Selain menahan laju pemulihan ekonomi, inflasi yang terlalu tinggi juga berisiko mempercepat naiknya suku bunga acuan bank. "Kalau bunga pinjaman lebih mahal maka efeknya pengusaha yang akan kena getahnya, mau ekspansi tapi bunga mahal," ujar Bhima.