TEMPO.CO, Jakarta - Tidak kurang dari 50 negara sudah terpapar varian baru virus corona yang disebut Omicron. Bahkan virus yang pertama dideteksi di Afrika Selatan itu disebut-sebut sudah masuk Indonesia.
Epidemiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Ardyanto, menyebutkan bahwa varian Omicron sudah masuk ke Indonesia sejak dua pekan lalu.
Menurut laporan awal, kata dia, penyebarannya sudah sedemikian luas, tapi karena cenderung yang terkena hanya memiliki gejala ringan bahkan tanpa gejala, membuatnya tidak terdeteksi dan tidak terlaporkan.
Satgas Covid-19 sendiri belum mengumumkan apakah varian itu sudah ada di Indonesia. Namun negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand sudah mengumumkan masuknya jenis baru virus corona itu.
Hampir semua negara dunia langsung waspada begitu ada kabar varian baru ini. Pembukaan perbatasan yang baru dilakukan November lalu, kembali diawasi ketat. Semua negara tidak ingin kecolongan seperti ketika varian Delta menyebar dan menyebabkan kasus harian tinggi, seperti dialami sejumlah negara Eropa dan Amerika saat ini.
Sifat varian baru ini belum diketahui pasti, namun para ahli mengatakan Omicron sangat menular meski tidak menyebabkan keparahan seperti halnya varian Delta.
Seorang dokter senior dari Hadassah-Hebrew University Medical Center Israel, Dror Mevorach, membeberkan karakter dari Covid-19 varian Omicron. Menurut data terbaru, kata dia, varian itu lebih menular, tapi tidak terlalu berbahaya dibandingkan varian lainnya.
“Kami harus mengatakan ini dengan sangat hati-hati, tapi jika kami melihat informasi yang tersedia saat ini, ada alasan untuk percaya bahwa varian ini menyebar dengan cepat, tapi mungkin tidak begitu berbahaya," ujar dia, Senin, 6 Desember 2021.
Menurut profil pasien varian Omicron di Distrik Tshwane, Afrika Selatan—yang menjadi pusat wabah Omicron—80 persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit dalam dua minggu sebelumnya adalah orang-orang di bawah usia 50 tahun, yang sebagian besar tidak memerlukan dukungan oksigen.
Hal ini dapat dijelaskan dalam beberapa cara, termasuk usia pasien yang lebih rendah, atau bahwa perjalanan varian Omicron lebih ringan.
Melihat penyebarannya yang cepat, tampaknya tidak mungkin menahannya dalam jangka waktu lama. Pembatasan yang dilakukan berdampak memukul kembali perekonomian dunia, yang baru sedikit pulih.
Kekhawatiran terhadap varian ini memicu kenaikan harga minyak dan komoditas lain. Direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva meminta kerja sama global untuk mengendalikan pandemi Covid-19 dan mendukung pemulihan ekonomi seiring telah menyebarnya varian baru Omicron ke lebih dari 40 negara.
"Ekonomi global terus pulih, tetapi pemulihan menghadapi banyak risiko, termasuk jalur pandemi yang tidak pasti di tengah kedatangan varian baru, dan prospek inflasi," kata Georgieva dalam sebuah pernyataan pada penutupan "1+6" Roundtable keenam yang diselenggarakan secara virtual oleh otoritas Cina, Senin, 6 Desember 2021.
"Untuk mengatasi tantangan ini, kebijakan mendesak diperlukan untuk mengendalikan pandemi Covid-19, membatasi kerusakan, dan mengubah ekonomi global," kata Georgieva nseperti dikutip Reuters.
Satu hal lagi, masyarakat di seluruh dunia kembali diingatkan perlunya vaksinasi dan menjaga protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan kesehatan.