Dalam hitungannya, ia memprediksi perlu dua tahun bagi peretail, khususnya penyewa pusat perbelanjaan untuk bisa pulih. Itu pun dengan syarat tidak ada varian baru Covid-19.
Oleh karena itu, ia menilai tahun 2022 sebagai periode kritis lantaran banyak stimulus yang berakhir. "Harus diberi perpanjangan napas atau banyak yang tutup. Ini di Maret. Kalau tidak diberi bantuan lagi dari OJK bisa bangkrut," tutur Budihardjo.
Setali tiga uang, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan terus menanjak sejak pemerintah memperlonggar mobilitas warga pada awal Agustus 2021 lalu.
Ia semula memperkirakan tren kenaikan tingkat kunjungan hingga akhir tahun ini bakal menjadikan rerata tingkat kunjungan selama 2021 sekitar 70 persen. Angka itu melampaui rata - rata tingkat kunjungan pada tahun 2020 lalu yang hanya sekitar 50 persen.
Tapi dengan diberlakukannya kembali pembatasan mulai awal Desember 2021 ini dan juga pada saat menjelang Natal dan Tahun Baru nanti, maka hampir dapat dipastikan target tingkat kunjungan tersebut di atas tidak akan tercapai.
Saat ini, kata dia, pusat perbelanjaan hanya berharap rata-rata tingkat kunjungan tahun 2021 tidak menjadi lebih rendah dari tahun 2020 lalu. Ia mengatakan rata-rata tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan saat ini sudah sekitar 60 persen.
"Jadi sebenarnya dari sisi jumlah kunjungan sudah mencapai batas maksimal dan hanya perlu dibatasi sesuai dengan kapasitas maksimal yang diperkenankan pada saat level 2 dan level 3 nanti," kata Alphonzus yang juga menjabat sebagai CEO Retail and Hospitality Sinar Mas Land tersebut.
Adapun Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang memperkirakan kenaikan PPKM menjadi Level 2 di berbagai wilayah dapat mengurangi gairah ekonomi yang belakangan tengah merangkak naik.