Untuk itu, ia berharap pemerintah harus segera turun tangan mencari solusi untuk para pelaku UMKM, khususnya para pedagang kaki lima. Misalnya, dengan menjual minyak berharga murah khusus untuk pedagang.
"Kami berharap nanti curah bisa diizinkan tapi untuk pedagang kaki lima, tidak dijual langsung. Ini sudah sangat dibutuhkan untuk pengusaha warung bukan untuk dijual eceran," kata dia.
Dampak melonjaknya harga minyak goreng juga dialami para pengusaha Warung Tegal. Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Korwantara) Mukroni mengatakan anggota komunitasnya banyak yang mengeluhkan melambungnya harga minyak goreng. Tak hanya harganya yang mahal, ia mengatakan minyak goreng curah langka di lapangan.
"Dalam kondisi sulit kok teganya pemerintah membiarkan harga minyak goreng merangkak naik, minyak goreng itu salah satu kebutuhan bahan pokok untuk warteg," ujar Mukroni.
Terhitung sudah hampir sebulan harga minyak goreng melambung. Selama periode itu, modal dagang para pengusaha warteg bisa merayap mencapai 10 persen.
Akibat kondisi tersebut, ia mendapat laporan anggotanya banyak yang mati suri alias belum mulai berdagang lagi. Untuk itu, Mukroni ingin pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan untuk bisa meredakan kenaikan harga. Mahalnya harga minyak goreng diharapkan tidak berlanjut sampai tahun depan.
Ia pun meminta pemerintah merealisasikan janji bantuan bagi para pedagang kaki lima sebesar Rp 1,2 juta. "Pemerintah harus turun tangan untuk meredakan harga minyak goreng dan kelangkaan. Karena saat ini bantuan permodalan tidak ada, BLT yang dijanjikan Rp 1,2 juta juga tidak jelas."