TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa besar-besaran melanda Eropa di saat gelombang ketiga virus Corona menyebar cepat ke sejumlah negara di sana. Demonstrasi menentang pembatasan Covid-19 terjadi di Swiss, Kroasia, Italia, Irlandia Utara, dan Belanda dalam beberapa hari terakhir.
Di beberapa negara, aksi unjuk rasa berlangsung rusuh. Sabtu lalu, polisi Belanda menembaki peserta demo dalam kerusuhan di Rotterdam.
Pelaksana tugas Perdana Menteri Belanda Mark Rutte geram dengan perusuh dalam demonstrasi yang menolak lockdown itu. Ia menyebut mereka adalah idiot yang menyamar untuk melakukan kekerasan berkedok protes.
Perusuh mengamuk di kota-kota di seluruh Belanda akhir pekan ini ketika protes terhadap kebijakan virus corona berubah menjadi kekerasan. Lebih dari 100 orang ditangkap.
"Saya tidak akan pernah menerima orang idiot yang menggunakan kekerasan murni hanya karena mereka tidak senang," kata Rutte.
Selain menentang lockdown, di negara lain pengunjuk rasa menentang pemberlakuan sertifikat vaksin Covid-19. Tiket yang berlaku disejumlah negara Eropa ini diperlukan untuk memasuki restoran, pasar serta hingga olahraga.
Di Austria, pemerintah terpaksa melakukan lockdown saat angka kematian rata-rata harian naik tiga kali lipat dalam beberapa pekan terakhir. Rumah sakit terkena dampak paling parah akibat minimnya fasilitas kesehatan.
Di Swiss, sebanyak 2.000 orang memprotes referendum ihwal apakah akan menyetujui undang-undang pembatasan COVID-19 pemerintah. Tindakan itu disebut diskriminatif.
Sehari setelah kerusuhan Rotterdam di Belanda, ribuan orang berkumpul di Dam Square pusat Amsterdam. Protes berlangsung damai di jalan-jalan dengan pengawalan ketat polisi.
Beberapa ratus orang juga berbaris melalui kota Breda di Belanda selatan. Seorang penyelenggara, Joost Eras, mengatakan kepada penyiar NOS bahwa dia tidak ingin unjuk rasa berujung rusuh.