TEMPO.CO, Jakarta - Kecelakaan di jalan memang tidak dapat diprediksi. Namun, dua kali kecelakaan bus Transjakarta dalam satu pekan yang sama dianggap ganjil bagi anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak.
Dia mengatakan dua kali kecelakaan bus Transjakarta seakan-akan membuka kotak pandora bahwa ada yang tak beres di tubuh PT Transportasi Jakarta (Transjakarta). "Ini jelas ada yang tidak beres, seperti kotak pandora yang terbuka bahwa manajemen Transjakarta tidak baik," kata dia dalam pesan teksnya, Sabtu, 30 Oktober 2021.
Bus Transjakarta milik operator Bianglala Metropolitan menabrak armada di depannya yang tengah berhenti di depan halte Indomobil, Jalan MT. Haryono, Jakarta Timur pada Senin pagi, 25 Oktober 2021. Kecelakaan ini menyebabkan dua orang meninggal dan puluhan orang luka-luka.
Empat hari kemudian sebuah bus Transjakarta menabrak lima pembatas jalan atau Movable Concrete Barrier (MCB) di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Operator bus adalah Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD). Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.
Dua kecelakaan itu dianggap pertanda bahwa Perbaikan internal PT Transjakarta semakin mendesak. Apalagi, kata Gilbert, BUMD itu memperoleh subsidi atau public service obligation (PSO) senilai Rp 3 triliun setiap tahunnya, sehingga harus mengutamakan keamanan penumpang.
Aktivis Azas Tigor Nainggolan, menganggap manajemen PT Transjakarta telah lalai mengurus perusahaan. Sebelum dua kecelakaan ini, bus dengan nomor body MYS 18194 rute Manggarai-Blok M tiba-tiba mati di perlintasan rel kereta api di kawasan Halimun, Jakarta Pusat pada 31 Mei 2021.
Insiden lain adalah ban bus swakelola Transjakarta dengan nomor body TJ217 rute PGC-Harmoni pecah pada 3 Juni 2021. PT Transjakarta membantah ban itu adalah produk bekas yang diperbaiki ulang alias vulkanisir.
Menurut Tigor, PT Transjakarta harus memperbaiki tata kelolanya yang buruk. Jika tidak, kepercayaan publik akan rontok. Dia berujar pelbagai musibah bus transjakarta bisa memunculkan trauma dan ketakutan pengguna angkutan umum di Ibu Kota.