Soal bukti pemesanan hotel, Hariyadi menyebut tujuan dari syarat tersebut sangat jelas untuk memastikan maksud kedatangan turis asing. Sehingga walaupun belum ada pemesanan hotel dari turis asing, Hariyadi menyambut baik SE ini. "Kami puas," kata dia.
Tapi, pengusaha hotel seperti Ida Bagus Gede Sidharta Putra yang menaungi Santrian Group punya pendapat lain. Griya Santrian yang dimiliki grup bisnis ini adalah satu dari 35 hotel di Bali yang ditetapkan sebagai lokasi karantina wisatawan.
Sampai saat ini, Ida menyebut belum ada turis asing yang memesan kamar. Di sisi lain, pihak hotel masih menunggu kejelasan dari teknis kedatangan wisatawan. "Wacana buka belum ada turunan teknis yang jelas. Pihak hotel menunggu hal ini," kata dia.
Sebanyak 19 Negara
Selain mengatur syarat, pemerintah juga telah memutuskan ada 19 negara asal turis yang bisa melancong ke Bali dan Kepulauan Riau. “Sesuai arahan Presiden RI, kami memberikan izin kepada 19 negara untuk bisa melakukan perjalanan menuju Bali dan Kepulauan Riau,” kata Luhut.
Daftar 19 negara yang diizinkan tersebut ialah Saudi Arabia, United Arab Emirates, Selandia Baru, Kuwait, Bahrain, Qatar, Cina, India, Jepang, Korea Selatan, Liechtenstein, Italia, Perancis, Portugal, Spanyol, Swedia, Polandia, Hungaria, dan Norwegia.
Luhut mengatakan pemberian izin kepada 19 negara itu bukan tanpa alasan. Negera-negara tersebut dipilih sesuai standar World Health Organization (WHO). Lantaran, angka kasus terkonfirmasi Covid-19 di 19 negara ini berada pada level 1 dan 2, dengan angka positivity rate yang rendah.
Potensi Ancaman
Di sisi lain, aneka pelonggaran yang diberikan pemerintah untuk menyambut turis asing ini memicu kekhawatiran sejumlah pihak. Salah satunya, epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman yang tidak setuju masa karantina dikurangi dari 8 menjadi hanya 5 hari.
Sebab, kata dia, uji coba di Selandia Baru pun mencatat masih ada potensi kebobolan kasus dengan karantina 5 hari. Karantina 5 hari ini pun rawan karena tes PCR juga bisa kebobolan kasus sebanyak 36 persen, berdasarkan studi di Cina. "Besar kan berarti?" kata dia.