Bukan cuma Pertamina, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pun punya strategi untuk meningkatkan sumbangan dividen ke pemerintah. Menurut Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto, upaya perseroan mencapai target kontribusi dividen yakni dengan menjaga tingkat profitabilitas di tengah kondisi pandemi yang menantang.
"Dua strategi utama BRI yakni dengan menjaga likuiditas serta menjaga kualitas kredit melalui restrukturisasi dan pencadangan," kata Aestika kepada Tempo.
BRI pada 2017 memberikan dividen sebesar Rp 6 triliun kepada negara. Tahun berikutnya naik menjadi Rp 7,5 triliun. Pada 2019 dan 2020, dividen yang disumbangkan BRI naik masing-masing menjadi 9,3 triliun dan Rp 11,8 triliun.
Kemarin Erick Thohir mengatakan sampai 2023-2024 diperkirakan hanya 11 BUMN yang memberikan dividen. Meskipun, kata dia, total BUMN setelah dikonsolidasikan sebanyak 41. Sebelas BUMN yang menyumbangkan dividen pada 2020 di antaranya PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Rp 8 triliun), BRI (Rp 11,8 triliun), Bank Mandiri (Rp 9,9 triliun), Pupuk Indonesia (Rp 1 triliun), PT Sarana Multi Infrastruktur (Rp 500 miliar) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (2,3 triliun).
"Tentu kita tidak menutup mata yang 30 itu juga tidak kita paksakan untuk dividen kalau memang pelayanan servicenya (pada masyarakat) sangat besar," kata Erick dalam rapat kerja dengan komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu, 22 September 2021.
Dia mencontohkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang saat ini dalam kondisi sulit untuk memberikan dividen. Kendati begitu, dia tidak memaksakan beberapa BUMN lain yang memang dekat dengan public service untuk tidak menyumbangkan dividen.