Jejak Ali Kalora dalam sejumlah aksi teror sudah tercatat cukup lama. Menukil dari laporan Majalah Tempo Juli 2016, nama dia kerap diwaspadai sebagai calon pentolan MIT. Kepala Kepolisian RI (Kapolri) saat itu, Jenderal Tito Karnavian, mengatakan Ali memimpin 15 pengikut Santoso dan masih berkeliaran di Gunung Biru, Poso.
Ia berhasil lepas dari penangkapan karena memisahkan diri dari rombongan Santoso dan Basri. Karena menjadi orang kepercayaan Santoso, Ali diizinkan membawa istrinya, Tini Susanti Kaduka alias Umi Farel, bergerilya. "Kalau dibiarkan akan berkembang," ujar Tito dalam laporan Majalah Tempo tersebut.
Ali adalah penerus MIT setelah Basri alias Bagong, ditangkap oleh tim Operasi Tinombala pada September 2016. Basri adalah penerus Santoso, yang dianggap punya keahlian yang sama dengan Santoso dalam perang gerilya karena pernah sama-sama dilatih Daeng Koro.
Meski begitu, Tito saat itu mengatakan Ali masih ada satu kelas di bawah Basri. Namun, mantan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan bahwa Ali adalah pengikut loyal Basri.
Ali Kalora Dia juga ikut perang kota bersama polisi pada 2007 dan salah satu nama yang masuk daftar 29 orang yang saat itu dicari polisi bersama Basri. "Sejak 2005, dia anak buah Basri," ujar Badrodin juga dalam laporan Majalah Tempo Juli 2016.
Baca juga: Ali Kalora Tewas, Kapolda Sulteng Sebut Tak Ada Pengganti Pemimpin MIT
ANDITA RAHMA