Dalam studi yang pernah dilakukannya, Hasbullah menyebut biaya tambahan ini bisa mencapai Rp 500 ribu sekali berobat. Bahkan, ada yang mencapai Rp 90 juta. "Ini bagian yang tidak dilihat, tidak diamati oleh banyak pejabat, baik itu eksekutif maupun legislatif, mereka hanya lihat data historical jangka pendek," ucapnya.
Pengurangan anggaran kesehatan menjadi Rp 255,3 triliun pada tahun 2022 ini sebelumnya disampaikan Sri Mulyani. Meski menurun, ia menyebut tetap akan ada pengkajian dalam perjalanannya.
"Program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional), nanti kami akan melihat seberapa cepat seperti vaksinasi, testing, tracing, dan treatment, serta pengobatan yang akan betul-betul dikeluarkan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Nota Keuangan pada Senin, 16 Agustus 2021
Saat itu pula, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah akan terus melakukan respons kebijakan berdasarkan data, fakta, dan mempertimbangkan berbagai pandangan dari ilmuwan.
"Menuju kebiasaan baru living with endemic, vaksin tetap harus diakses seluas luasnya, disiplin terutama masker plus empat M yang lain, implementasi 3T dan sistem kesehatan yang andal," ujarnya.
Sementara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menganggap anggaran kesehatan 2022 masih tetap kuat. "Serta tentunya semakin fokus semakin menyiapkan kita hadapi kondisi ketidakpastian," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 18 Agustus 2021.
Anggaran ini sebenarnya terbagi dua yaitu anggaran kesehatan reguler dan anggaran yang masuk dalam program PEN. Febrio mencatat penurunan terjadi pada anggaran kesehatan di PEN, dari Rp 201,2 triliun pada outlook 2021 menjadi Rp 116,9 triliun pada RAPBN 2022.
Sementara, anggaran kesehatan reguler tepat tumbuh, dari Rp 125,2 triliun pada outlook 2021 menjadi Rp 139,4 triliun pada RAPBN 2022. Akan tetapi, angka Rp 139,4 triliun masih lebih rendah dibandingkan Rp 144,3 triliun di pagu APBN 2021.
Kepala Kelompok Kerja Kebijakan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Elan Satriawan menyadari anggaran kesehatan 2022 lebih kecil dibandingkan 2021. Tapi, kata dia, anggaran masih lebih besar dari kondisi pra-pandemi.
"Serta lebih besar dari earmark yang menjadi mandat, itu kemudian sekitar 9,4 persen (dari APBN)," kata Elan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 18 Agustus 2021.
Elan pun melihat arah kebijakan bidang kesehatan ini sudah bagus. Akan tetapi, kuncinya ada penyerapan anggaran. Sebab sampai Juli 2021 saja, penyerapan anggaran kesehatan masih di bawah 40 persen.