TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum varian Delta, dunia berharap cepat sembuh ketika vaksin Covid-19 dikembangkan.
Namun, hampir dua tahun sejak pandemi dimulai, negara-negara yang meluncurkan vaksinasi cepat kembali kebobolan. Varian Delta menjadi strain virus corona paling dominan saat ini.
Varian Delta yang sangat menular telah menjadi jenis virus corona yang dominan secara global, mempertahankan pandemi yang telah menewaskan lebih dari 4,4 juta orang.
Asia-Pasifik adalah kawasan yang paling terdampak saat ini. Sistem kesehatan di Indonesia, Malaysia, dan Thailand kewalahan. Fiji, salah satu negara yang mengisolasi diri dan berhasil menahan pandemi sejak awal, kini kelimpungan memerangi wabah di dalam perbatasannya.
Pun Australia, yang kota-kota terbesarnya sedang menghadapi lockdown terberat tahun ini, setelah sebelumnya berhasil memutus mata rantai penularan di dalam wilayah dengan isolasi perbatasan yang ketat.
Amerika Serikat akhir bulan Juli kembali mengimbau warganya memakai masker, sementara Cina telah berupaya mengendalikan wabah baru di Cina daratan dengan rangkaian pengujian massal.
Negara-negara yang dianggap sukses melancarkan vaksinasi cepat, kini kembali berjuang dengan tingkat penularan yang cepat.
Para ilmuwan di Public Health England (PHE) pada Jumat mengatakan ada tanda-tanda awal bahwa orang yang telah divaksinasi Covid-19 mungkin dapat menularkan virus varian Delta semudah mereka yang tidak, dikutip dari Reuters, 10 Agustus 2021.
Temuan itu sejalan dengan temuan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, yang mengatakan bahwa orang yang sudah divaksinasi dan terinfeksi varian Delta, dapat dengan mudah menularkannya ke orang lain.
Seorang pria menerima dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer BioNTech di Rumah Sakit Central Middlesex di London, Inggris, 1 Agustus 2021. REUTERS/Henry Nicholls
Vaksin telah terbukti memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah dan kematian akibat Delta, terutama dengan dua dosis, tetapi ada sedikit data tentang apakah orang yang divaksinasi masih dapat menularkannya kepada orang lain.
PHE mengatakan dari kasus varian Delta yang dikonfirmasi yang telah dirawat di rumah sakit sejak 19 Juli, 55,1% tidak divaksinasi, sementara 34,9% telah menerima dua dosis vaksin COVID-19.
Hampir 75% dari populasi Inggris telah memiliki dua dosis vaksin, dan PHE mengatakan bahwa "karena semakin banyak populasi yang divaksinasi, kita akan melihat persentase relatif yang lebih tinggi dari orang yang divaksinasi di rumah sakit".
Ini mengisyaratkan penularan Covid-19 tidak terhenti, bagaimanapun, bisa mencegah penyakit parah dan kematian.
Awal Juli Israel melaporkan penurunan efektivitas vaksin Pfizer dalam mencegah infeksi dan penyakit simtomatik Covid-19, tetapi mengatakan vaksin Covid-19 itu tetap sangat efektif dalam mencegah penyakit serius.
Efektivitas vaksin Pfizer/BioNTech dalam mencegah infeksi dan penyakit bergejala turun menjadi 64% sejak 6 Juni, kata Kementerian Kesehatan Israel. Pada saat yang sama, vaksin itu 93% efektif dalam mencegah rawat inap dan penyakit serius akibat virus corona.
Di Cina dan Australia Wabah Terkendali sampai Varian Delta Muncul