Tersangka itu telah menghubungi DEA setelah pembunuhan. DEA mendesaknya agar menyerah. "Orang-orang ini tidak bertindak atas nama DEA," kata sumber tersebut. Saat pembunuhan terjadi, tersangka bukan informan aktif.
Lembaga penegak hukum dan intelijen Amerika Serikat sedang menyelidiki penyebab orang-orang Haiti-Amerika itu terlibat dalam pembunuhan. "Penilaian awal telah dilakukan di Haiti oleh pejabat senior AS," kata juru bicara Anthony Coley. "Departemen juga akan menyelidiki apakah ada pelanggaran hukum pidana Amerika Serikat sehubungan dengan masalah ini."
Sejatinya keterlibatan tiga warga Haiti-Amerika ini masih menjadi misteri. Menurut sumber yang dekat dengan penyelidikan, tersangka Solages dan Vincent mengatakan kepada penyelidik bahwa mereka adalah penerjemah untuk unit komando Kolombia yang memiliki surat perintah penangkapan untuk Moise. Namun ketika mereka tiba, Moise sudah tewas.
Solages menggambarkan dirinya secara sebagai agen diplomatik bersertifikat dan mantan panglima pengawal untuk Kedutaan Besar Kanada di Haiti. Pernyataan itu dibuat di situs web amal yang dikelola Solages namun sudah dihapus pada Kamis pekan lalu,
Kantor berita The Miami Herald mengutip seorang pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa pada 2010, Solages bekerja untuk sebuah perusahaan yang menyediakan keamanan untuk Kedutaan Besar Kanada di Haiti.
Sedangkan Sanon disebut sebagai dokter yang juga pebisnis di Amerika Serikat. Dikutip dari kantor berita Associated Pers, Sanon telah ditipu oleh orang-orang yang berada di balik pembunuhan Presiden Jovenel Moise.
Seorang temannya di Florida mengatakan Sanon adalah seorang pendeta Kristen evangelis dan juga seorang dokter berlisensi di Haiti. Namun ia tak punya lisensi praktik di AS.
Sumber yang merupakan rekan dekat Sanon mengatakan dia didekati oleh orang-orang yang mengaku mewakili Departemen Negara Bagian dan Kehakiman AS yang ingin mengangkatnya sebagai presiden.
Dia mengatakan rencana sebelumnya tak membunuh melainkan hanya menangkap Moise. Sanon juga mengaku tidak akan berpartisipasi jika dia tahu Moise akan dibunuh.
"Saya jamin itu," kata rekan itu. “Ini seharusnya menjadi misi untuk menyelamatkan Haiti dari neraka, dengan dukungan dari pemerintah AS.”
Larry Caldwell, seorang pendeta Florida, juga tak percaya Sanon terlibat dalam kekerasan. "Saya tahu karakter pria itu," kata Caldwell.
Namun keraguan itu dibantah Kepala Polisi Nasional Haiti, Léon Charles. Para pembunuh Moise sengaja melindungi Sanon.
Polisi menemukan topi dengan logo US Drug Enforcement Administration, 20 kotak peluru, senjata, empat plat nomor dari Republik Dominika, dua mobil dan korespondensi di rumah Sanon di Haiti.
Baca: Polisi Tangkap Terduga Dalang Pembunuhan Presiden Haiti, Apa Motifnya?
REUTERS | AP