Varian delta SARS-CoV-2, yang pertama kali diidentifikasi di India, kini menjadi bentuk virus yang dominan di Inggris. Di Amerika Serikat, setidaknya 10% kasus baru dengan varian ini, menurut Medical News Today.
Dikenal dengan strain B.1.617.2, varian Delta telah mengkhawatirkan pejabat kesehatan seluruh dunia. Para ahli percaya varian Delta memicu gelombang besar infeksi yang terlihat di seluruh India selama dua bulan terakhir.
Virus terus berubah melalui mutasi. Suatu varian memiliki satu atau lebih mutasi yang membedakannya dari varian lain yang beredar. Seperti yang diharapkan, beberapa varian SARS-CoV-2 telah didokumentasikan di seluruh dunia selama pandemi.
Pada Mei, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeklarasikan varian Delta sebagai "variant of concern", yang artinya varian ini lebih menular, menyebabkan penyakit yang lebih parah atau mengurangi efektivitas vaksin atau perawatan, NBC melaporkan.
Penelitian menunjukkan bahwa varian Delta, yang secara resmi dikenal sebagai B.1.617.2, adalah yang paling menular dari semua varian yang diketahui hingga saat ini, termasuk varian Alpha yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di Inggris.
Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui apakah varian delta dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah. Sebuah studi yang diterbitkan 14 Juni di jurnal The Lancet meneliti dampak varian Delta di Skotlandia, di mana ia telah menjadi strain dominan. Para peneliti menemukan bahwa risiko rawat inap dari Covid-19 kira-kira dua kali lipat untuk pasien yang terinfeksi varian Delta, dibandingkan dengan orang yang terinfeksi varian Alpha. Scientific American melaporkan studi terbaru yang menyimpulkan varian Delta 40 hingga 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha.
Boris Johnson tampaknya mempertaruhkan keamanan kesehatan Inggris dengan terburu-buru membuka diri sebelum pandemi usai. Politisi oposisi dari Partai Buruh Inggris menyebut Boris Johnson sembrono melonggarkan total pembatasan Covid-19 termasuk wajib masker.
Dr Chaand Nagpaul dari British Medical Association mengkhawatirkan implikasi pelonggaran lockdown, meski ada peringatan meningkatnya kasus dan kematian di rumah sakit.
Dia mendesak para menteri untuk memastikan pemakaian masker adalah wajib sampai penyebaran infeksi yang merajalela telah dikendalikan dan lebih banyak populasi divaksinasi sepenuhnya.
Sir Patrick Vallance, Kepala Penasihat Saintifik Pemerintah Inggris, mengatakan meski keterkaitan antara kasus dengan kematian ataupun kepadatan rumah sakit melemah, itu tidak menandakan pandemi akan usai dalam waktu dekat. Oleh karenanya, Inggris perlu bersiap menghadapi kenaikan kasus, katanya, seperti dilaporkan Sky News.
Vallance melanjutkan, kebijakan yang diambil PM Inggris Boris Johnson sejauh ini tidak menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap potensi kenaikan kasus Covid-19. Hilangnya kewajiban formal untuk kontak sosial, mulai dari acara berkumpul hingga pemakaian masker, dianggap malah akan membantu kenaikan kasus Covid-19, apalagi di tengah ancaman varian Delta.
Baca juga: Inggris Umumkan Rencana New Normal, Bersiap Cabut Lockdown pada 19 Juli
REUTERS | CNN | STRAITS TIMES | TIMES OF ISRAEL | MEDICAL NEWS TODAY | NBC | SCIENTIFIC AMERICAN | SKY NEWS