Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Upaya G7 Bantu Atasi Pandemi Dinilai Setengah Hati

image-gnews
Dari kiri ke kanan: Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Angela Merkel berpose untuk foto bersama di KTT G7, di Carbis Bay, Inggris, 11 Juni 2021. [Patrick Semansky/Pool via REUTERS]
Dari kiri ke kanan: Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Angela Merkel berpose untuk foto bersama di KTT G7, di Carbis Bay, Inggris, 11 Juni 2021. [Patrick Semansky/Pool via REUTERS]
Iklan

TEMPO.CO, - Upaya negara-negara kaya yang tergabung dalam G7 untuk membantu menyelesaikan pandemi virus corona dipandang setengah hati. Komitmen G7 yang ingin menyumbangkan 1 miliar dosis vaksin Covid-19 bagi negara-negara miskin di dunia dianggap tidak menyelesaikan masalah.

Mantan perdana menteri Inggris, Gordon Brown, menilai janji G7 itu mirip dengan "menyerahkan mangkuk pengemis" daripada memberikan solusi nyata. "Ini adalah kegagalan besar jika kita tidak bisa pergi dalam satu atau dua pekan ke depan dengan rencana yang benar-benar menyingkirkan dunia dari COVID sekarang," katanya dikutip dari Reuters, Selasa, 15 Juni 2021.

Menurut Brown, negara-negara kaya perlu membangun rencana komprehensif untuk memvaksinasi dunia. Ia menilai vaksinasi massal terhadap virus corona hanya dipandang penting untuk memulihkan perekonomian.

Senada dengan Brown, Alex Harris dari Wellcome, sebuah yayasan amal sains dan kesehatan yang berbasis di London, menantang G7 untuk menunjukkan kepemimpinan politik di tengah krisis kesehatan ini. "Yang dibutuhkan dunia adalah vaksin sekarang, bukan akhir tahun ini. Kami mendesak para pemimpin G7 untuk meningkatkan ambisi mereka," ucap dia.

Aktivis Oxfam mengenakan kepala papier mache yang menggambarkan para pemimpin G7 bersantai di pantai saat aksi protes iklim di Pantai Swanpool dekat Falmouth, selama KTT G7, di Cornwall, Inggris, 12 Juni 2021. REUTERS/Phil Noble

Lembaga-lembaga internasional seperti WHO dan IMF pun menilai strategi G7 untuk membantu mengalahkan pandemi virus corona kurang kuat. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan diperlihatkan 11 miliar dosis vaksin Covid-19 untuk memvaksinasi dunia terhadap virus mematikan. Angka tersebut jauh dari 1 miliar yang dijanjikan oleh kepemimpinan G7.

Tedros mengatakan bahwa untuk benar-benar mengakhiri pandemi, tujuannya harus memvaksinasi 70 persen populasi dunia pada tahun depan ketika KTT G7 dilangsungkan di Jerman. “Untuk melakukan itu, kita membutuhkan 11 miliar dosis,” katanya.

Kristalina Georgieva, direktur pelaksana IMF, menilai sumbangan kelebihan vaksin ke negara berkembang merupakan langkah pertama yang baik. Namun, kata dia, lebih banyak pekerjaan akan diperlukan untuk membantu negara-negara benar-benar memvaksinasi populasi mereka.

“Ini adalah keharusan moral, tetapi merupakan keharusan bagi pemulihan ekonomi untuk tetap bertahan karena kita tidak dapat membuat dunia terbelah menjadi dua jalur tanpa konsekuensi negatif,” kata Georgieva.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Asosiasi Koresponden Persatuan Bangsa-Bangsa Jenewa (ACANU) di tengah wabah Covid-19 di markas WHO di Jenewa Swiss 3 Juli, 2020. [Fabrice Coffrini / Pool melalui REUTERS]

Menurut data Universitas Johns Hopkins, upaya vaksinasi sejauh ini sangat berkorelasi dengan kekayaan. Amerika Serikat, Eropa, Israel, dan Bahrain jauh di depan dalam memvaksinasi warganya ketimbang negara lain yang ekonominya di bawah mereka

Badan amal Oxam mengatakan karena kebanyakan orang membutuhkan dua dosis vaksin, dan mungkin suntikan penguat untuk mengatasi varian yang muncul, sebabnya dunia butuh 11 miliar dosis untuk mengakhiri pandemi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Jika yang terbaik yang para pemimpin G7 bisa kelola adalah dengan menyumbangkan 1 miliar dosis vaksin, maka pertemuan puncak ini (KTT G7) gagal," kata manajer kebijakan kesehatan Oxfam, Anna Marriott.

Menurut Oxam, pemimpin G7 seharusnya juga mendukung pengabaian hak paten di balik vaksin. Terlebih Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyetujui usulan tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron tampaknya memiliki pandangan serupa.

"Negara-negara G7 lainnya harus mengikuti jejak mereka. Kehidupan jutaan orang di negara berkembang seharusnya tidak pernah bergantung pada niat baik negara-negara kaya dan perusahaan farmasi yang haus keuntungan," tutur Marriott.

Usulan ini juga disampaikan oleh WHO. Tedros mengatakan penting bagi negara-negara untuk sementara mengesampingkan hak paten untuk vaksin virus corona.

Petugas kesehatan menunjukan vial vaksin COVID-19 AstraZeneca dosis pertama untuk prajurit TNI AU di Perawatan Umum Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, 1 April 2021. TEMPO/Prima Mulia

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan 1 miliar dosis tidak cukup untuk menutupi kebutuhan negara-negara miskin di Afrika. Kami membutuhkan lebih dari itu. Kami ingin membuat vaksin sendiri tetapi kami tidak memiliki kapasitas," ucap dia.

Usulan pembebasan hak paten ini tentu mendapat penolakan dari perusahaan farmasi. Mereka mengatakan hal itu akan menghambat inovasi dan tidak banyak membantu meningkatkan pasokan.

Salah satu negara G7, yakni Inggris, yang mendukung proyek nirlaba vaksin Oxford-AstraZeneca, pun menganggap pembebasan paten tidak diperlukan. 

Baca juga: Ratusan Mantan Kepala Negara Desak G7 Bantu Vaksinasi COVID-19

Sumber: EURO NEWS | REUTERS | BBC

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengadilan Inggris Tunda Ekstradisi Julian Assange ke Amerika Serikat

1 hari lalu

Julian Assange. AP/Sang Tan
Pengadilan Inggris Tunda Ekstradisi Julian Assange ke Amerika Serikat

Ekstradisi Julian Assange ke Amerika Serikat ditunda karena Assange tidak berhak mengandalkan hak kebebasan berpendapat dalam Amandemen Amerika


Pertama Kalinya, Inggris Kirim 10 Ton Makanan ke Gaza Lewat Udara

2 hari lalu

Militer Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bantuan dari udara, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza, 2 Maret 2024. Amerika Serikat pada Sabtu (2/3) mengatakan pihaknya telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza lewat udara untuk pertama kalinya dengan menerjunkan lebih dari 38.000 makanan menggunakan pesawat militer. REUTERS/Kosay Al Nemer
Pertama Kalinya, Inggris Kirim 10 Ton Makanan ke Gaza Lewat Udara

Angkatan Udara Inggris mengirimkan 10 ton bantuan makanan ke Gaza dengan menggunakan helikopter.


Akhiri Spekulasi, Kate Middleton Ungkap Tengah Jalani Kemoterapi Melawan Kanker

6 hari lalu

Kate Middleton muncul dalam video yang mengatakan dirinya tengah menjalani perawatan kemoterapi. Foto: Instagram.
Akhiri Spekulasi, Kate Middleton Ungkap Tengah Jalani Kemoterapi Melawan Kanker

Kate Middleton menjelaskan, saat menjalani operasi pada Januari lalu, ditemukan sel kanker di tubuhnya dan kini tengah menjalani kemoterapi.


Resmi Terpilih Jadi Presiden RI, Inggris Ucapkan Selamat ke Prabowo Subianto

6 hari lalu

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron bertemu dengan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati (tidak terlihat) di Beirut, Lebanon 1 Februari 2024. REUTERS/Mohamed Azakir
Resmi Terpilih Jadi Presiden RI, Inggris Ucapkan Selamat ke Prabowo Subianto

David Cameron dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia menyampaikan ucapan selamat kepada Prabowo Subianto yang terpilih jadi Presiden RI


Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

8 hari lalu

Direktur Utama BRI Sunarso yang dinobatkan sebagai Pemimpin /CEO Terpopuler di Media Sosial 2022, untuk kategori BUMN Tbk.
Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

Dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR hari ini, Dirut BRI Sunarso membeberkan dampak resesi di Jepang dan Inggris ke perekonomian Indonesia.


Raja Charles III Disebut Meninggal oleh Media Rusia, Kedubes Inggris Buka Suara

8 hari lalu

Raja Charles dan Ratu Camilla dari Inggris berjalan setelah menghadiri kebaktian gereja di gereja St. Mary Magdalene di perkebunan Sandringham, di Inggris timur, Inggris, 18 Februari 2024. REUTERS/Chris Radburn
Raja Charles III Disebut Meninggal oleh Media Rusia, Kedubes Inggris Buka Suara

Sejumlah media terkemuka Rusia menuliskan bahwa Raja Charles III telah meninggal karena kanker. Berita itu membuat Kedubes Inggris turun tangan.


Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

8 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.


Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

9 hari lalu

Presidium Lembaga Medis dan Kemanusiaan (MER-C) Faried Thalib dan Sarbini Abdul Murad saat konferensi pers di kantor MER-C Indonesia, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

Tim medis yang dikirim oleh MER-C berhasil mencapai Gaza dengan bantuan WHO.


Wakil Perdana Menteri Inggris Ungkap Dukungan ke Israel

9 hari lalu

Oliver Dowden. REUTERS
Wakil Perdana Menteri Inggris Ungkap Dukungan ke Israel

Wakil Perdana Menteri Inggris meyakinkan tidak akan meninggalkan Israel, namun saat yang sama menyerukan gencatan senjata


11 Tenaga Medis MER-C Tiba di Gaza, Masuk dengan Bantuan WHO

9 hari lalu

Presidium Lembaga Medis dan Kemanusiaan (MER-C) Faried Thalib dan Sarbini Abdul Murad saat konferensi pers di kantor MER-C Indonesia, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
11 Tenaga Medis MER-C Tiba di Gaza, Masuk dengan Bantuan WHO

MER-C bekerja sama dengan WHO untuk mengirim tim medis yang beranggotakan 11 orang ke Gaza.