TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan pemerintah membatalkan keberangkatan haji untuk kedua kalinya, haji 2020 dan haji 2021, menjadi pukulan berat bagi pengusaha travel haji dan umrah. Keputusan tersebut diambil pemerintah dengan alasan masih berlangsungnya pandemi Covid1-9 dan belum ada kepastian kuota haji yang diberikan Arab Saudi.
Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi mengatakan, selain berdampak pada daftar tunggu calon jemaah yang berangkat, kesempatan tiap travel untuk mendapatkan pemasukan sebesar Rp 5 miliar pun lenyap.
“Rata-rata per travel haji Rp 5 miliar setahun kesempatan untuk bisa mendapatkan itu hilang, dengan tidak adanya haji 2 tahun ini,” kata Syam kepada Tempo, Ahad, 6 Juni 2021.
Syam mengatakan potensi pemasukan biasanya berasal dari tiket, paket tur domestik, paket tur internasional, termasuk haji dan umrah. Dengan pembatalan keberangkatan haji, pendapatan tiap travel pun hilang, sementara mereka tetap harus membayar biaya operasional pokok yang berjalan.
“Kalau kita masih bisa diam bertahan, ya, dengan melakukan efisiensi. Tutup kantor, kurangi pegawai, listrik jadi tidak banyak. Internet juga tidak pakai,” kata dia.
Hal serupa juga turut disampaikan Presiden Direktur Jejak Imani Umrah dan Islamic Tours Rizaldy Latief. Ia menilai kerugian yang dialami pengusaha travel bisa Rp 1 miliar per tahun, tergantung besar jumlah jemaahnya.
Rizal mengaku memahami keputusan yang diambil pemerintah karena belum jelasnya kuota haji yang diberikan pemerintah Arab Saudi. Namun, kata dia, para pengusaha travel juga berada pada posisi makin berat karena sudah dua kali keberangkatan haji tertunda. “Artinya tidak ada roda ekonomi yang berputar di sana,” ujar Rizal.
Kepada pemerintah, Rizal berharap adanya stimulus untuk meringankan beban travel haji. Ia juga meminta pemerintah melobi Raja Salman agar dapat memberangkatkan jemaah umrah. “Kalau haji tidak bisa berangkat, minimal umrah nanti Agustus-September bisa berangkat,” katanya.
Sementara seorang calon jemaah haji 2021 asal Kabupaten Bogor, Cece Iskandar (64 tahun) mengaku sedih dan kecewa karena tidak ada keberangkatan haji tahun ini. Sudah dua kali Cece gagal berangkat haji karena pandemi Covid-19. Ia menyatakan sudah mendaftar dan menunggu keberangkatan ke tanah suci Mekkah sejak 2016.
“Tahun kemarin saya harusnya berangkat, namun biro perjalanan haji saya mengatakan tidak semuanya berangkat, termasuk saya. Lalu saya dijanjikan tahun ini berangkat, saya sudah jual tanah untuk melunasi dan biaya kebutuhan nanti. Tapi kembali gagal,” kata Cece.