"Saya melakukan pengecekan jauh-jauh hari supaya pelaksanaannya jauh lebih optimal. Lubang tikus jalur, kemudian jalur-jalur arteri, tol. Semua kita identifikasi di mana yang bisa dijadikan sebagai rute untuk mudik secara sembunyi-sembunyi," katanya.
Meski pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk menekan arus mudik, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat Djoko Setijowarno, memperkirakan mudik sulit dibendung. Dia memprediksikan bakal terjadi lonjakan mudik dengan sepeda motor pada momentum lebaran tahun ini.
"Meski ada larangan mudik dari pemerintah, masyarakat pasti akan tetap pulang kampung. Terutama pemudik yang menggunakan motor. Bahkan pada tanggal yang dilarang mudik," kata Djoko saat dihubungi, Jumat, 23 April 2021.
Menurut Djoko, kebijakan larangan tersebut tidak dikaji dengan matang. Bahkan jika pemerintah melakukan penyekatan pun tidak bakal berdampak banyak terhadap mobilitas pemudik yang akan semakin tinggi menjelang larangan mudik nanti.
"Memang pemerintah bisa mengawasi seluruh jalan selama 24 jam. Apalagi banyak jalan tikus. Celah itu akan dimanfaatkan pemudik untuk tetap pulang kampung."
Selain itu, hampir seluruh daerah, menurut dia lagi, tidak akan mampu membiayai pengawasan petugas baik dari personel polisi hingga dinas perhubungan. Alasannya adalah anggaran pengawasan selama periode mudik ini akan menelan biaya yang sangat besar.
Minimal, kata dia, satu titik pos penyekatan dijaga 40 petugas yang berbagi dua jadwal. "Minimal satu orang dibayar Rp 200 ribu untuk pengawasan. Belum lagi fasilitas tenda dan pendukung lainnya. Tidak semudah itu melarang dengan menyekat," ujarnya.
Yang perlu dilakukan pemerintah, kata dia, adalah membangun kesadaran dan logika rakyatnya bahwa perjalanan mudik selama pandemi penuh risiko. "Jadi pemerintah bisa membuat peta perjalanan atau mobilitas sehat."
IMAM HAMDI | ADE RIDWAN | MAHFUZULLOH AL MURTADHO
Baca juga: Dishub DKI Sebut Ada Penurunan Penumpang Bus AKAP di 4 Terminal, Anomali Mudik?