TEMPO.CO, Jakarta - India mendadak menjadi sorotan dunia setelah wabah virus corona di negara itu melonjak signifikan. Dalam tempo 24 jam, ada 346.786 kasus positif Covid-19 di India dan 2.624 pasien virus corona yang meninggal.
Jumlah tersebut tertinggi di dunia sejak pandemi Covid-19 dimulai pada tahun lalu. Total secara keseluruhan ada 190 ribu orang di India meninggal akibat Covid-19 dan lebih dari 17 juta kasus positif Covid-19.
Lonjakan kasus virus corona ini dengan cepat membuat rumah sakit-rumah sakit di India kehabisan oksigen dan tempat tidur. Walhasil, banyak pasien Covid-19 yang sakit, terpaksa harus dipulangkan.
Apa yang membuat kasus positif Covid-19 di India melonjak tajam? Catatan dokter Amir Khan yang dipublikasi aljazeera.com pada 25 April 2021 menyebutkan varian baru Covid-19 atau yang dikenal dengan nama B.1.1.7, terdeteksi di India.
Sejak 15 April 2021, India sudah melaporkan ada lebih dari 200 ribu kasus infeksi virus corona setiap hari di negara itu. Varian baru Covid-19 terkenal lebih mudah menular.
Sejumlah ahli virologis mengatakan varian baru Covid-19 sudah sangat banyak di India, termasuk jenis baru varian Covid-19 yang menyebar pertama kali di India. Kondisi inilah yang menyebabkan angka positif Covid-19 di negara itu meroket.
Apa yang terjadi di India menimbulkan keprihatinan dunia. Selandia Baru, Hong Kong, Inggris dan Amerika Serikat langsung menerbitkan larangan penerbangan langsung dari dan menuju India. Perdana Menteri Inggris yang awalnya ingin segera mengunci kesepakatan perdagangan dengan India pasca-Brexit, terpaksa harus membatalkan kunjungannya ke India pekan depan. Sebagai gantinya, Johnson bertatap muka dengan Presiden India Narendra Modi lewat dunia maya.
Lonjakan kasus positif Covid-19 di India setelah membuat negara itu kekurangan pasokan oksigen. Beberapa rumah sakit dan dokter di sejumlah negara bagian di utara India, mengunggah peringatan bahwa mereka sudah tidak sanggup lagi menghadapi lonjakan pasien Covid-19.
Cari Bantuan
Menurut Modi, pihaknya sudah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengenai krisis di India gara-gara Covid-19. Kedua kepala negara itu juga membicarakan mengenai pasokan bahan mentah vaksin virus corona dan kebutuhan medis lainnya.
Sebelumnya pada Minggu, 25 April 2021, Biden mengatakan negaranya akan mengirimkan suplai kebutuhan medis ke India untuk membantu negara itu memerangi pandemi Covid-19.
Perdana menteri Modi pun mendesak semua warga negara India agar lekas mendapatkan suntik vaksin virus corona dan lebih waspada di tengah tsunami virus corona.
Anggota parlemen dan Wakil Kongres Partai Demokrat Ro Khanna mengatakan miliarder Amerika keturunan India dan salah satu pendiri Sun Microsystems Vinod Khosla serta pejabat bidang teknologi lainnya keturunan Amerika-India di Google, IBM dan Microsoft akan bekerja sama dengan otoritas terkait kondisi pandemi Covid-19 di India saat ini.
Google juga pada Senin, 26 April 2021, menyatakan telah mendonasikan uang sekitar USD 18 juta (Rp 260 miliar) ke India untuk mereka yang terdampak pandemi Covid-19 dan suplai kebutuhan medis. CEO Alphabet Sundar Pichai mengeluarkan bantuan secara pribadi sebesar USD 700 ribu melalui UNICEF untuk India.
KADIN Amerika Serikat dan CEO dari 40 perusahaan di Amerika Serikat pada Senin, 26 April 2021 meluncurkan sebuah gugus tugas untuk fokus pada penyediaan suplai kebutuhan medis bagi India, oksigen dan bantuan lainnya. mereka juga membuat portal, di mana perusahaan-perusahaan yang ada di Amerika Serikat bisa menyalurkan bantuan.
Baca juga: WHO: Situasi di India Lebih Dari Sekedar Menyedihkan
Sumber: aljazeera.com | reuters.com