Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey khawatir subsidi ongkir tak tepat sasaran. Bukannya meningkatkan penjualan barang lokal, masyarakat malah berpotensi memburu barang-barang asing di e-commerce saat Harbolnas. Musababnya, harga produk asing acap lebih murah.
"Transaksi online itu banyak produk yang bukan produk Indonesia. Produk asing, yang murah-murah itu produk Cina. Padahal kita mau cinta produk Indonesia dan benci produk asing," katanya.
Pekerja melakukan sortir paket di salah satu jasa ekpedisi di Jakarta, Ahad, 11 April 2021. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah menyiapkan Rp 500 miliar untuk subsidi ongkos kirim belanja secara daring (online). TEMPO/Muhammad Hidayat
Rencana pemberian subsidi ongkir telah diumumkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada pekan pertama April lalu. Harbolnas diyakini akan mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat di masa Ramadan hingga Lebaran. Sesuai dengan arahan Presiden Jokowi, para menteri diminta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi seiring dengan penanganan pandemi Covid-19.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno meminta pelaku UMKM membuat paket-paket hantaran Lebaran untuk mengantisipasi penurunan pendapatan akibat kebijakan larangan mudik yang berlaku pada 6-17 Mei 2021. Ia berharap paket berupa parsel hingga hampers dapat dipasarkan melalui marketplace dan memanfaatkan subsisi ongkir dari pemerintah.
“Fokus utama kami adalah sinergi dengan 14 kementerian dan lembaga agar pelaku ekonomi kreatif dan UMKM lokal bisa memperoleh tambahan permintaan di pengujung Ramadan,” ujar Sandiaga.
Menurut dia, adanya subsidi ongkos kirim akan meningkatkan penjualan produk-produk lokal. Dampaknya pun secara paralel dirasakan oleh industri yang bergerak di sektor logistik.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | LARISSA HUDA | ANTARA
Baca Juga: Airlangga: Ada Harbolnas Ramadan H-10 Lebaran, Ongkir Ditanggung Pemerintah