Menurut keterangan resmi perseroan, keputusan para pemegang saham merombak direksi KCIC itu selaras dengan dimulainya tahapan pra-operasi. Pada tahapan itu kesiapan operasi dan perawatan menjadi isu penting.
"Sehingga, ditunjuk direktur utama yang memiliki latar belakang di dunia perkeretaapian utusan dari KAI," dinukil dari keterangan KCIC. Langkah tersebut juga sejalan dengan berakhirnya tiga tahun masa jabatan direksi lama yang dipimpin Chandra Dwiputra.
Dwiyana bukan wajah baru di dunia perkeretaapian Indonesia. Alumnus Universitas Gadjah Mada itu telah bergabung dengan PT Kereta Api Indonesia sejak 1992. Terakhir, ia menjabat sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama di anak usaha KAI, PT Reska Multi Usaha. Dengan pengalamannya itu, Dwiyana diberi tugas untuk merampungkan proyek tersebut pada 2022, serta mempersiapkan aktivitas operation and maintenance kereta cepat Jakarta-Bandung.
Di samping untuk mengejar target perampungan proyek kereta cepat Jakarta Bandung, dua sumber Tempo yang mengetahui ihwal rapat umum pemegang saham tersebut membenarkan bahwa perombakan bertujuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan proyek kereta berkecepatan 350 kilometer per jam itu. Ditemui di tempat terpisah, kedua sumber membenarkan proyek itu dibebani biaya yang membengkak alias cost overrun, jauh melebihi rencana awalnya.
Sumber Tempo yang mengetahui perencanaan proyek itu mengatakan dalam evaluasi atas seluruh aspek proyek tersebut ditemukan pembengkakan biaya alias cost overrun dari nilai awal yang besarnya mencapai 23 persen dari nilai awal yang besarnya US$ 6,071 miliar.
"Hitungan ini masih bergerak karena harus dikonfirmasi lagi," kata dia kepada Tempo, Senin, 22 Maret 2021.