Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Vaksin AstraZeneca dan Segala Masalahnya di Dunia

image-gnews
Logo Te.co Blank
Logo Te.co Blank
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kemunculan Vaksin AstraZeneca tidak sepenuhnya mulus. Meski memliki tingkat efikasi cukup tinggi, di atas 70 persen, berbagai isu menerpanya. Beberapa di antaranya mulai dari gangguan produksi, pembekuan darah, dan yang lagi ramai di Indonesia adalah soal status halal vaksin COVID-19 itu. 

Hal-hal tersebut tak ayal membuat banyak pihak meragukan vaksin COVID-19 yang digarap AstraZeneca bersama Universitas Oxford tersebut. Ada yang meragukan ketersediaannya, ada juga yang meragukan kualitasnya. Meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu sudah mewanti-wanti agar jangan sampai ada sentimen negatif terhadap vaksin COVID-19 AstraZeneca, keraguan itu tetap ada.

"Vaksin AstraZeneca sangat penting karena ia mewakili 90 persen dari vaksin COVID-19 yang didistribusikan via COVAX...COVID-19 adalah penyakit yang berbahaya dan vaksin COVID-19 AstraZeneca dapat mencegahnya," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 20 Maret 2021.

Hal itu kontras dengan situasi tahun lalu ketika berbagai vaksin COVID-19, termasuk AstraZeneca, masih dalam pengembangan atau uji klinis. Sepanjang 2020, vaksin COVID-19 AstraZeneca digadang-gadangkan sebagai vaksin yang paling ramah akses dibanding vaksin-vaksin lainnya. Hal itu mengacu pada kemudahan penyimpanannya, biaya produksi rendah, serta harganya yang terjangkau.

Situasi mulai berubah di seperempat akhir 2020. Menurut laporan CNN, pada September 2020, uji klinis vaksin AstraZeneca ditunda gara-gara gejala misterius muncul pada salah satu sukarelawana mereka. Meski belakangan terbukti tak ada kaitannya dengan vaksin, hal itu sukses menunda rencana peluncuran produk AstraZeneca.

Perawat Lily Harrington bersiap untuk memberikan vaksin Covid-19 Oxford/AstraZeneca kepada PM Inggris Boris Johnson, di London, Inggris, Jumat, 19 Maret 2021. Negara-negara termasuk Jerman dan Prancis melanjutkan penggunaan vaksin tersebut setelah sempat memberhentikan pemberiannya. Frank Augstein via REUTERS



Masalah Bermunculan

Dari situ, isu-isu baru mulai muncul. Di periode yang sama, uji klinis vaksin AstraZeneca memberikan hasil yang unik. Apabila pasien menerima dosis yang lebih rendah pada suntikan pertama dan dilanjutkan dosis penuh pada suntikan kedua, efektivitas vaksin tercatat 90 persen, setara dengan produk Pfizer. Namun, jika dua dosis penuh yang dipakai, efektivitas malah turun ke 62 persen. Hal itu memberikan sejumlah pertanyaan soal keabsahan uji klinis.

Tahun 2021, mendekati distribusi pertamanya, muncul lagi kecurigaan baru. Kali ini soal efektivitas terhadap lansia. Regulator obat-obatan Eropa (EMA) mencurigai data uji klinis vaksin AstraZeneca terhadap lansia berusia di atas 65 tahun tidak representatif. Gara-garanya, jumlah lansia terjangkit virus COVID-19 dalam daftar sukarelawan AstraZeneca hanya dua orang. 

Regulator obat-obatan di Prancis sepakat dengan EMA. Mereka juga memiliki kecurigaan serupa. Alhasil, penggunaan vaksin AstraZeneca mereka batasi. Pada 2 Februari lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan edaran agar vaksin AstraZeneca sebaiknya tidak digunakan pada lansia berusia 65 tahun ke atas dulu. Rekomendasi itu baru dicabut setelah data-data lebih komplit 

"Hasil uji pertama tidak menggembirakan untuk kelompok usia 60 hingga 65 tahun terkait AstraZeneca," ujar Emmanuel Macron pada 2 Februari lalu, dikutip dari Reuters.

Selang sebulan, AstraZeneca menghadapi masalah berbeda. Kali ini pembekuan darah. Pada 7 Maret, salah satu penerima vaksin AstraZeneca di Austria meninggal akibat pembekuan darah. Beberapa hari kemudian laporan-laporan serupa muncul di negara-negara Skandinavia seperti Norwegia dan Denmark.

Negara-negara Skandinavia memutuskan untuk menahan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca selama dua pekan per 11 Maret 2021. Mendengar laporan-laporan itu, negara-negara lain menjadi waspada. Khawatir kejadian itu benar karena vaksin, bukan faktor pasien, berbagai negara mengikuti jejak negara-negara Skandinavia. Spanyol, Italia, Jerman, dan Prancis ikut menahan penggunaan pada 15 Maret.

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha menunjukan botol vaksin Covid-19 AstraZeneca sebelum disuntikan di Gedung Pemerintahan di Bangkok, Thailand, 16 Maret 2021. Sebelumnya Thailand juga menunda penyuntikan vaksin AstraZeneca yang sejatinya dijadwalkan mulai 12 Maret lalu. Thailand Government House/Handout via REUTERS

Di Asia, Thailand sempat membatalkan penggunaan vaksin AstraZeneca kepada Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha. Di Indonesia, problem status halal yang muncul. Dengan status halal saja, belum tentu warga mau divaksin. Kurang lebih 20 negara yang sempat menahan penggunaan vaksin AstraZeneca sampai WHO mengatakan vaksin aman dengan manfaat jauh melebihi resikonya.

"Walau kami mendapat laporan soal pembekuan darah terjadi usai vaksinasi COVID-19 dengan produk AstraZeneca dilakukan, tidak ada bukti pasti hal itu disebabkan vaksinasi. Dan, itu kasus yang sangat langka dan unik," ujar Ghebreyesus, Sabtu kemarin.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan



Suplai Terganggu, Uni Eropa Menahan Ekspor

Itu baru dari segi vaksin saja, belum menghitung masalah suplai yang terjadi pada Januari lalu. Sempat mengalami gangguan produksi, AstraZeneca menyampaikan bahwa suplai vaksin COVID-19 ke Eropa pada kuartal pertama tidak akan sesuai target. Pemangkasannya kurang lebih 50 persen. Sebagai catatan, total dosis yang dijanjikan AstraZeneca ke Eropa adalah 300 juta plus ekstra 100 juta.

Negara-negara Eropa gerang. Mereka menganggap AstraZeneca melanggar kontrak dan bisa diperkarakan. AstraZeneca membela diri dengan mengatakan kontrak tidak secara spesifik menyatakan suplai harus tepat waktu. Selama akhirnya suplai terpenuhi, AstraZeneca menganggap tidak ada pelanggaran dan AstraZeneca berkomitmen untuk itu.

Uni Eropa berpandangan berbeda. Mereka gerah melihat Inggris mendapat vaksin sesuai suplai yang tertolong jadwal vaksinasi yang lebih cepat. Uni Eropa akhirnya mengambil sikap akan mengecek ke mana saja AstraZeneca akan mengirim vaksin COVID-19 dari Eropa. Jika ke negara yang sudah memiliki cukup vaksin, Uni Eropa akan memblokir ekspornya. Inggris kena imbasnya.

"Jika situasi ini tidak berubah, kami harus mencari tahu bagaimana membuat ekspor ke negara-negara penghasil vaksin bergantung pada tingkat keterbukaan mereka. Kami akan mencari tahu apakah ekspor ke negara-negara dengan tingkat vaksinasi lebih tinggi dari kami masih proporsional," ujar Ketua Komisi Eropa Ursula von Der Leyen.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memberikan pernyataan pers tentang hasil perundingan Brexit, di Brussel, Belgia 24 Desember 2020. [Francisco Seco / Pool via REUTERS]

Segala masalah itu berujung pada tingkat kerpecayaan yang menurun. Perusahaan survei YouGov pada Februari menemukan warga Eropa lebih ragu terhadap vaksin AstraZeneca dibandingkan Pfizer atau Moderna.

Di Jerman, misalnya, sekitar 55% orang Jerman mengatakan vaksin AstraZeneca tidak aman. Sementara itu, kurang dari sepertiganya menganggapnya aman. Di Prancis, di mana vaksin Covid AstraZeneca sudah tidak populer, 61% orang yang disurvei mengatakan bahwa mereka sekarang melihatnya tidak aman.

Dengan ancaman varian baru COVID-19 masih nyata, keraguan pada vaksin AstraZeneca bisa menjadi masalah. Itulah kenapa WHO mati-matian menyakinkan manfaat dari AstraZeneca melebihi resikonya. Mereka tidak menyangkal resikonya, tetapi vaksinasi sulit untuk dihentikan.

Munculnya masalah-masalah itu tidak mengagetkan. Dengan pandemi COVID-19 mendadak datang, pengembangan vaksin COVID-19 dikebut. Beberapa hal berjalan dengan tidak semestinya. Pengembangan jadi lebih cepat, komunikasi pun jadi lebih menantang dengan banyaknya negara yang membutuhkan vaksin.

Peneliti senior Global Health Governance Programme, Ines Hassan, menyatakan solusinya adalah kooperasi dan perbaikan komunikasi. Pembagian data kieamanan secara real time dan transparan, menurutnya, akan mempercepat proses pengesahan vaksin AstraZeneca. Di sisi lain, akan mengharmoniskan pesan soal vaksin terkait, mencegah keraguan timbul.

"Meningkatkan transparansi proses pengesahan dan bekerjasama untuk mengharmoniskan pesan soal vaksinasi COVID-19 adalah penting agar semua jelas, singkat, dan berimbang," ujar Hassan soal polemik vaksin AstraZeneca, dikutip dari CNN.

Baca juga: Soal Vaksin AstraZeneca, Ma'ruf: Bukan Soal Halal-Haram, Tapi Boleh atau Tidak

ISTMAN MP | CNN | REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

1 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

4 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

5 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

11 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

11 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

12 hari lalu

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi didampingi Dirjen Perhubungan Darat Hendro Sugiatno(kanan) dan Dirjen Perkeretaapian Mohamad Risal Wasal (kiri) menyampaikan keterangan pers usai rapat koordinasi di Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV, Badung, Bali, Minggu, 31 Desember 2023. Kementerian Perhubungan bersama berbagai pihak terkait melakukan evaluasi usai kemacetan parah pada Jumat malam (29/12) serta menyiapkan sejumlah rencana dan skema untuk mengantisipasi kemacetan khususnya selama masa libur tahun baru di jalan akses sekitar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

14 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

15 hari lalu

Sejumlah calon penumpang pesawat antre untuk lapor diri di Terminal 3 Bandara Sekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu 19 April 2023. PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno Hatta memprediksi puncak arus mudik lewat bandara Soetta terjadi mulai H-3 atau Rabu (19/4) dengan pergerakan pesawat yang terjadwal mencapai 1.138 penerbangan dengan total penumpang 164.575 hingga H-1 atau Jumat (21/4). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

15 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

16 hari lalu

Aktivitas pekerja di pabrik obat PT Indofarma (persero) Cibitung, Bekasi, Selasa (10/04). PT Indofarma akan melakukan investasi sebesar Rp 100 milliar untuk mengembangkan produksi generik dan herbal dan memenuhi kebutuhan bahan baku yang saat ini 90% masih Impor. TEMPO/Dasril Roszandi
Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual