Ia mengatakan kenaikan ini berimbas pada efektifitas penanganan Covid-19 di negara Indonesia. Pasalnya, keterisian di rumah sakit meningkat tajam dan bertambahnya beban para tenaga kesehatan. Bahkan ia menyebut hal ini jika dibiarkan terus bisa berpotensi menaikan angka kematian.
"Sistem kesehatan kita bisa lumpuh. Tak hanya merugikan penderita Covid semata, tapi juga masyarakat umum yang membutuhkan perawatan akibat penyakit lain selain Covid, utamanya mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan esensial, seperti penderita penyakit paru dan jantung," kata Wiku 12 Januari 2021 lalu.
Meski begitu, pemerintah tetap berharap banyak dari penerapan PPKM Jawa Bali selama dua minggu ini. Apalagi PPKM Jawa Bali berjalan bersamaan dengan program vaksinasi nasional. "Semoga dengan PPKM dapat menurunkan penularan yang ada. Masyarakat dihimbau agar selalu mematuhi protokol kesehatan dan peraturan PPKM di daerahnya masing-masing," kata Wiku.
Lapor Covid-19 dan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) juga ikut menyerukan bahwa pelayanan kesehatan khususnya di Pulau Jawa dalam kondisi genting. Lonjakan kasus harian Covid-19 yang tak terkendali membuat rumah sakit tak mampu menampung pasien.
Bahkan Relawan tim Bantu Warga Lapor Covid-19, Tri Maharani mengatakan, tanda-tanda kolapsnya layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak September 2020. Tanda-tanda ini disebutnya mereda saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta.
"Menjelang pertengahan November saat pelaksanaan pilkada serentak dan libur Nataru memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien," kata Tri Maharani dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 Januari 2021.