Hingga akhir tahun depan, ujar Honesti, sedikitnya Indonesia baru bisa mengamankan 125 juta dosis vaksin dari Sinovac. Karena itu, perseroan berupaya mencari akses dari produsen vaksin lainnya. Selain Sinovac, Indonesia juga sudah sempat menjalin komunikasi dengan Sinopharm, Novavax, Pfizer, hingga AstraZeneca.
Sembari menunggu datangnya suplai-suplai vaksin dari produsen lain, Honesti menuturkan perseroan akan memaksimalkan dulu vaksinasi pada kuartal I 2021. Pada periode tersebut, ia menargetkan vaksinasi bisa dilakukan untuk 16,5 juta penduduk.
"Dari rencana produksi kami sendiri di Bio Farma kita Q1 ada 30 juta dosis yang bisa diproduksi, artinya untuk 15 juta orang, dan ada 3 juta yang vaksin jadi untuk 1,5 juta orang. Artinya 16,5 juta orang di Q1," kata Honesti.
Direktur Riset Center of Reform on Economics Piter Abdullah sepakat bahwa vaksin bisa menjadi pengubah permainan dalam hal pemulihan ekonomi di tengah pandemi. Namun, ia menilai ada sejumlah faktor yang akan memengaruhi pemulihan ekonomi tersebut, misalnya mengenai efektivitas vaksin, serta kecepatan distribusi vaksin di Indonesia.
Ia mengingatkan bahwa kehadiran vaksin tidak boleh membuat masyarakat lalai akan protokol kesehatan. Vaksin, ujar dia, harus juga didukung dengan kedisiplinan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan.
"Sampai saat ini vaksin baru memunculkan euforia di pasar keuangan. Tetapi belum berdampak ke sektor riil. Sektor riil baru akan bangkit ketika vaksin sudah menunjukkan efektivitasnya Dan pandemi benar-benar berakhir," ujar Piter.
Baca: Vaksin Covid-19 Gratis Tak Bisa Diberikan ke Seluruh Peserta BPJS Kesehatan