Selain saham emiten farmasi, saham emiten distributor alat kesehatan yang memiliki produk jarum suntik sekali pakai, PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) juga ikut-ikutan menguat 6,6 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin, 7 Desember 2020, saham INAF, KAEF, PYFA dan IRRA mencatatkan kenaikan harga saham signifikan hingga diberi label auto reject atas oleh otoritas karena menguat sampai mencapai 25 persen.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan sentimen positif itu sangat terasa di pasar modal. Kondisi tersebut agak berbeda dengan pasar uang, di mana rupiah masih mengalami sedikit tekanan. "Karena di pasar modal didorong oleh investor ritel," ujar dia.
Pergerakan positif emiten farmasi itu, menurut Hans, disebabkan oleh ekspektasi masyarakat bahwa kedatangan vaksin bisa menyetop masalah pandemi Covid-19. Sehingga, ketika vaksin tersebut tiba di Tanah Air, sentimennya pun menjadi sangat positif.
Namun, Hans mengingatkan bahwa saat ini vaksin yang tiba pun menyisakan berbagai catatan. Catatan itu antara lain adalah fakta bahwa Sinovac masih belum merilis hasil uji klinis fase ketiga. Uji klinis vaksin bersama Bio Farma itu diperkirakan baru kelar pada Januari-Februari 2021.
"Kemudian harus ke BPOM dulu penggunaan darurat, mungkin baru awal kuartal II vaksinasi. Artinya masih butuh waktu," ujar Hans. Di samping itu, pasar juga masih mempertanyakan efektivitas dan harga dari vaksin buatan produsen Cina tersebut.
Moncernya saham-saham sektor farmasi, menurut Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir, menunjukkan kepercayaan pasar bahwa vaksin bisa menjadi pengubah permainan dalam pemulihan ekonomi nasional. Karena itu, Honesti mengatakan perusahaannya terus berupaya agar suplai vaksin ke Indonesia bisa dilakukan secara cepat dan dalam jumlah signifikan.
Honesti berujar vaksinasi itu dikejar untuk diberikan kepada 70 persen dari penduduk Indonesia untuk menciptakan herd immunity dan ujung-ujungnya bisa memulihkan kembali pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia memperkirakan setidaknya butuh dua tahun hingga 2022 untuk bisa mencapai target tersebut, mengingat distribusi vaksin tersebut menjadi salah satu tantangannya. "Indonesia kan negara kepulauan."