Yang teranyar, ia mengatakan Gojek telah menyatukan aplikasi perusahaannya untuk layanan di empat negara, yaitu Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. Dengan strategi itu, Andre yakin perusahaan bisa memberikan layanan lebih cepat dan bisa menjangkau pasar internasional lebih luas lagi.
Andre mengklaim strategi tersebut membuat layanan inti perseroan mencetak laba operasional di luar biaya kantor pusat pada 2020. Selain itu, nilai transaksi kotor perseroan naik 10 persen atau mencapai sekitar Rp 170 triliun pada 2020.
Selain Gojek, perusahaan teknologi lainnya, Grab, juga sempat mengalami pukulan akibat pandemi Covid-19. Juni lalu, perusahaan yang bermarkas di Singapura dan Indonesia ini memberhentikan 360 karyawannya. Perseroan juga menutup sejumlah bisnis non-esensial. Grab fokus pada layanan ride-hailing, pengiriman, pembayaran, dan layanan keuangan untuk mengatasi situasi tersebut.
Dilansir dari Reuters, Presiden Grab Ming Maa, mengumumkan bahwa bisnis perusahaannya mulai pulih pada kuartal III 2020. "Pemulihan bisnis kami terus berlanjut, dengan pendapatan grup pada kuartal III naik lebih dari 95 persen dibandingkan posisi sebelum adanya Covid-19," ujar dia, Kamis, 22 Oktober 2020.
Sebagai langkah strategis, Grab meresmikan Tech Center di Indonesia yang juga akan menjadi pusat inovasi kawasan Asia Tenggara. Tech Center ini akan didedikasikan untuk mengembangkan berbagai solusi teknologi untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Asia Tenggara.
Tech Center ini merupakan kelanjutan dari komitmen jangka panjang Grab di Indonesia, dan merupakan salah satu dari Dual Headquarter Grab. Pusat inovasi ini berlokasi di Gama Tower dan menempati sembilan lantai dengan luas wilayah lebih dari 12.000 meter persegi. Kantor pusat kedua dan pusat inovasi itu adalah bagian dari investasi Grab sebesar US$ 2 miliar untuk Indonesia pada periode lima tahun sejak diumumkan pada 2019 lalu.