Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Prancis, Sekularisme, dan Kehati-hatian Menangani Islam Radikal

image-gnews
Logo Te.co Blank
Logo Te.co Blank
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Prancis tengah menjadi sorotan. Salah satunya, karena aksi teror yang terjadi di sana dalam dua pekan terakhir. Teror pertama terjadi pada pertengahan Oktober lalu, pembunuhan guru asal Paris bernama Samuel Paty.

Samuel Paty dibunuh oleh seorang remaja asal Chechnya bernama Abdoullakh Abouyezidovitc. Gara-garanya, Samuel Paty mengajarkan kebebasan berpendapat kepada murid-muridnya menggunakan karikatur Nabi Muhammad dari majalah satir Charlie Hebdo. Sebagaimana diketahui, Agama Islam melarang Nabi Muhammad diilustrasikan dalam wujud apapun selain cahaya.

Aksi teror itu pada ujungnya memicu efek bola salju, menjadikan Prancis lebih disorot lagi. Satu aksi teror berkembang menjadi beberapa aksi teror lain. Setelah peristiwa di Paris, menyusul aksi serupa di Nice dan Lyon. Namun, puncaknya, adalah pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Islam Radikal pada tanggapannya soal kasus Paty, 16 Oktober lalu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan keterangan saat mengunjungi lokasi penikaman di Gereja Notre Dame, Nice, Prancis, 29 Oktober 2020. REUTERS/Eric Gaillard/Pool

Dalam pernyataannya, Emmanuel Macron menyinggung soal Islam radikal. Ia menyebut Samuel Paty sebagai sasaran kaum radikal yang kebingungan. Menurut Macron, Paty bukanlah musuh utama para kaum Islam radikal, ia hanya seorang guru. Namun, karena kelompok radikal digerakkan oleh kebencian, terutama terhadap keberagaman, ia pun tersasar.

"Ia korban konspirasi kegilaan, kebohongan, kebingungan, kebencian terhadap yang lain, kebencian terhadap esensi kita (sekularisme)," ujar Emmanuel Macron saat itu,

Emnanuel Macron mengakhiri pernyataannya dengan komtimen membela kebebasan dan sekularisme Prancis. Ia berjanji akan menindak tegas mereka yang melanggar hal tersebut, tak terkecuali menutup tempat-tempat ibadah yang dirasa mengajar paham radikal. Masjid Pantin, yang diduga mengajar paham radikal di utara Paris, sudah ditutup sebagai bukti nyata komitmennya.

Pernyataan Emmanuel Macron tersebut sejalan dengan pidatonya pada 2 Oktober 2020. Ia memaparkan rencana hukum penindakan separatisme yang salah satunya untuk mengawasi kelompok-kelompok radikal, tak terkecuali yang berkaitan dengan Islam. Beberapa isinya mulai dari pengawasan lebih ketat terhadap pendanaan tempat ibadah hingga pengawasan sekolah yang memiliki asosiasi dengan kelompok agama tertentu.

Lebih keras dibanding pidatonya soal Samuel Paty, Emmanuel Macron menyinggung Islam sebagai agama yang dalam krisis global. Hal itulah, menurut dia, yang kemudian memunculkan islam-islam radikal. Namun, lost in translation, plus dikaitkan dengan komtimennya soal sekularisme, pernyataannya dipahami berbeda-beda.

Suasana di depan Masjid Agung Pantin pasca peristiwa penikaman terhadap Samuel Paty, dekat Paris, Prancis, Selasa, 20 Oktober 2020. Peristiwa tersebut bermula saat guru sejarah tersebut menunjukkan gambar karikatur Nabi Muhammad dalam pelajaran kebebasan berekpresi. REUTERS/Antony Paone

Beberapa pihak menganggap Emmanuel Macron menggeneralisir Islam (berdasarkan kasus terorisme) serta mencoba memicu Islamophobia. Tanggapan itu kian buruk ketika majalah satir Charlie Hebdo tidak dilarang menerbitkan karikatur Nabi Muhammad dengan landasan kebebasan berpendapat.

Ada juga yang membela Emmanuel Macron. Salah satunya adalah Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash, yang merasa ada kesalahpahaman. Menurutnya, Macron tidak mencoba memojokkan Islam, namun memperingatkan soal ancaman radikalisme dan tidak secara spesifik menyasar Islam.

Pro kontra, perbedaan pendapat itu pada akhirnya menimbulkan berbagai efek. Mereka yang merasa Macron memojokkan Islam menyorakkan pemboikotan atas barang-barang dari Prancis. Hal itu salah satunya terjadi di Indonesia. Sementara itu, mereka yang merasa Macron benar, berusaha membela.

Prancis merespon kegaduhan yang ada walaupun merasa tidak ada yang salah dengan pernyataan mereka. Mereka memberikan klarifikasi atas pernyataan Emmanuel Macron sekaligus memperkuat pesan bahwa apa yang ingin dilindungi Prancis adalah keberagaman dari paham-paham radikal, tak terkecuali Islam radikal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Di Prancis, istilah Islamisme radikal adalah radikalisme. Islamisme radikal adalah orang ekstrimis yang membajak agama untuk melakukan tindakan kekerasan dalam Islam," ujar Duta Besar Prancis di Indonesia, Olivier Chambard.

"Prancis merupakan negara yang memiliki jutaan warga negara beragama Muslim. Bukan mereka yang dilawan. Mereka warga negara penuh yang ingin hidup damai," ujar Chambard menambahkan.

Massa yang tergabung dalam Aliansi Umat Islam berunjuk rasa memprotes pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron di kawasan Sarinah, Jakarta, Senin, 2 November 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Chambard, kepada Tempo, juga memaparkan rancangan regulasi soal separatisme yang akan digunakan untuk melawan radikalisme. Ia berkata, regulasi itu dibangun atas tiga pilar. Ketiganya adalah penindakan ideologi radikal, penegasan sekularisme, dan penolakan terhadap generalisme. Jadi, kata Chambard, tidak benar bahwa Prancis mencoba memerangi Islam.

"Tujuan strategi (regulasi) ini adalah memperkuat kerangka keberagaman, untuk melindungi kebebasan beragama dan beribadah dari radikalisme," ujar Olivier Chambard.

Walau klarifikasi sudah diberikan, Prancis belum banyak berubah dalam komunikasinya. Mereka masih mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang membuat Muslim mengerutkan dahi. Ada anggapan bahwa Prancis menginginkan keberagaman, tetapi kurang dalam mempelajari tradisi-tradisi atau hukum yang berlaku di agama tertentu. Dengan kata lain, kurang hati-hati dan malah menimbulkan tafsir Prancis sebagai otoritarian.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, misalnya, pada Ahad lalu membuat pernyataan mengejutkan soal hukuman menolak perawat lawan jenis. Mereka yang menolak hal itu, kata Darmanin, akan dihukum penjara lima tahun plus denda sebesar 75 Ribu Euro (Rp1,2 miliar).

"Aturan itu akan berlaku untuk siapapun yang memberi tekanan terhadap pelayan publik," ujar Darmanin. Ia menambahkan bahwa mekanisme serupa akan berlaku untuk mereka yang menolak ajaran guru tertentu. Hal itu akan diatur dalam regulasi baru soal penindakan separatisme yang rencananya dipaparkan lengkap Desember nanti.

Pernyataan itu kembali menimbulkan tafsir berbeda-beda. Di media sosial, netizen mentertawakan pernyataan Darmanin, membayangkan apabila seseorang dipenjara hanya karena menolak diperiksa perawat lawan jenis. Akademisi pun menganggap bukannya Prancis menjadi sekuler, tetapi malah tampak otoriter.

"Prancis di bawah Macron dengan cepat berkembang menjadi rezim otoritarian yang kejam," ujar Philippe Marliere, Professor Politik Prancis dan Eropa di University College London.

"Ada beberapa perempuan (terlepas apapun keyakinan mereka) yang merasa lebih nyaman diperiksa oleh petugas medis yang sesama jenis. Hak itu dijamin dokter dalam kode etik medis. Mustahil regulasi baru itu akan dianggap konstitusional. Tapi, yah, siapa yang tahu?" ujar akademisi Prancis, Rim Sarah Alouane.

AL JAZEERA | REUTERS | CNN

https://www.aljazeera.com/news/2020/11/2/france-announces-new-measures-to-combat-separatism

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menlu Lebanon: Hassan Nasrallah Setujui Gencatan Senjata dengan Israel Sebelum Tewas

3 hari lalu

Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah. REUTERS/Khalil Hassan
Menlu Lebanon: Hassan Nasrallah Setujui Gencatan Senjata dengan Israel Sebelum Tewas

Mendiang pemimpin gerakan Lebanon Hizbullah, Hassan Nasrallah, sempat menyetujui gencatan senjata sementara dengan Israel beberapa hari sebelum tewas


Kecuali AS, Dewan Keamanan PBB Deklarasi Dukungan kepada Sekjen PBB setelah Larangan Masuk Israel

4 hari lalu

Kecuali AS, Dewan Keamanan PBB Deklarasi Dukungan kepada Sekjen PBB setelah Larangan Masuk Israel

Rusia, Cina, Prancis, dan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB lainnya menyuarakan dukungan untuk Antonio Guterres dan mengecam keputusan Israel y


Top 3 Dunia: Ali Khamenei Buka Suara hingga Prancis Kecam Serangan Iran ke Israel

4 hari lalu

Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatollah Sayid Ali Khamenei. Foto: Kantor Pelestarian dan Publikasi Karya-karya Ayatollah Sayid Ali Khamenei
Top 3 Dunia: Ali Khamenei Buka Suara hingga Prancis Kecam Serangan Iran ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 2 Oktober 2024 diawali oleh reaksi Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei atas serangan ke Israel


Mencicipi Perpaduan Hidangan Lokal dan Prancis hingga Dessert di Savor The Flavor

4 hari lalu

Co founder Bistro Baron, Romy Sastranegara; Chef Theo Setyo; Marketing Communication & Public Relations Managee, Tommy Utamo; Aktivis Lovepink Dede Gracia, dan Co founder Jakarta Dessert Week Talita Setyadi saat jumpa pers Savor The Flavor, di Jakarta, Rabu 2 Oktober 2024.
Mencicipi Perpaduan Hidangan Lokal dan Prancis hingga Dessert di Savor The Flavor

Tak hanya menu-menu istimewa, Savor The Flavor juga menghadirkan aktivitas seru hingga dukungan kesadaran kanker payudara


River Cruise Khusus Perempuan Tawarkan Perjalanan Menyusuri Prancis

4 hari lalu

Kapal river cruise Uniworld. Instagram.com/@uniworldcruises
River Cruise Khusus Perempuan Tawarkan Perjalanan Menyusuri Prancis

Perusahaan pelayaran Uniworld menawarkan perjalanan river cruise khusus perempuan


Prancis Kerahkan Militer ke Timur Tengah usai Serangan Iran terhadap Israel

4 hari lalu

Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara saat  mengunjungi rumah sakit darurat yang dibangun oleh militer di luar Rumah Sakit Emile Muller di Mulhouse, Perancis Timur, 25 Maret 2020. RUmah sait darurat ini dibuat guna menjadi tempat isolasi pasien terdampak Virus Corona. Cugnot Mathieu/Pool via REUTERS
Prancis Kerahkan Militer ke Timur Tengah usai Serangan Iran terhadap Israel

Kementerian Luar Negeri Prancis mengkonfirmasi partisipasi negara itu melalui sarana militernya di Timur Tengah untuk melawan serangan Iran


Prancis Mengecam Serangan Iran terhadap Israel

5 hari lalu

Rudal Iran Paveh-351. Wikimedia/Amin Ahouei
Prancis Mengecam Serangan Iran terhadap Israel

Prancis mengecam serangan Iran terhadap Israel. Emmanuel Macron meminta Hizbullah menghentikan serangan terhadap Israel dan penduduknya


Penggemar Makanan Prancis, French Gastronomy Week Hadir Lagi Oktober Ini

5 hari lalu

Chef peraih bintang Michelin dari Prancis, David Gallienne, saat demo masak di pembukaan French Gastronomy Week di Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2024. (TEMPO/Mila Novita)
Penggemar Makanan Prancis, French Gastronomy Week Hadir Lagi Oktober Ini

Acara ini akan menghadirkan kekayaan dan keragaman gastronomi Prancis yang sudah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak 2010.


Situasi Semakin Memanas, Lebanon Siap Kerahkan Pasukan ke Perbatasan dengan Israel

6 hari lalu

Perdana Menteri Lebanon yang ditunjuk, Najib Mikati, berbicara setelah bertemu dengan Presiden Libanon Michel Aoun, di istana kepresidenan di Baabda, Lebanon, 16 Agustus 2021. [Dalati Nohra/Handout via REUTERS]
Situasi Semakin Memanas, Lebanon Siap Kerahkan Pasukan ke Perbatasan dengan Israel

"Kami berjanji untuk segera menerapkan gencatan senjata dengan Israel," kata Perdana Menteri Lebanon sementara Najib Mikati


BREAKING NEWS: Hizbullah Resmi Umumkan Kematian Hassan Nasrallah

8 hari lalu

Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah muncul di layar saat ia berbicara kepada para pendukungnya dalam upacara untuk menghormati pejuang yang tewas dalam eskalasi baru-baru ini dengan Israel, di pinggiran selatan Beirut, Lebanon 3 November 2023. REUTERS/Mohamed Azakir
BREAKING NEWS: Hizbullah Resmi Umumkan Kematian Hassan Nasrallah

Hizbullah Lebanon secara remsi mengumumkan kematian pemimpin mereka selama tiga dekade, Hassan Nasrallah.